Sebenarnya simpel Hisab itu dalam hukum Islam memiliki kedudukan sangat lemah, sementara sistem Ru’yah lebih kuat. Mengapa masih menggunakan Hisab? Apa tidak boleh? Tidak ada yang melarang malah perbedaan itu adalah rahmat (hadist doif)dan itu bagian dari dinamika kehidupan

Di Indonesia dalam menentukan hari raya umat Islam dua sistem ini saling berebutan untuk mendapatkan pengakuan atau juara satu, seperti layaknya lomba akibatnya pemenang akan gembira dan yang kalah gelisah . Dalam hal ini umat Islam setiap tahun selalu diributkan dengan penentuan satu syawal, orang boleh menyebut sebagai rahmat (hadist doif) tetapi dibalik itu sebagian umat Islam yang memiliki standar dan kedudukan orang awam akan bertanya-tanya “mengapa umat islam tidak kompak? menentukan hari kebesaran umat islam aja kok gak sama, gimana akan bersatu dan berkembang islam?” Belum lagi image kaum diluar Islam akan memandang bahwa umat Islam adalah titik-titik

Tahun ini Islam di Indonesia kembali ditim musibah, ada dualisme dalam menentukan hari kemenangan. Kaum Muhamadiyah dengan ukuran kebanggaannya -sistem hisab- merayakan idul fitri hari senin (23/10/2005) sementara kaum NU dengan sistem ru’yahnya diikuti pemerintahan menetapkan idul fitri jatuh hari selasa (24/10/2006) toh menurut informasi bahwa PWNU Jatim menetapkan hari raya jatuh hari senin (iki piye tho,,,,PBNU wes pas hari selasa ehh plajurite (PWNU) kok malah hari senin, sengdi seng salah? loro-lorone salah jereke PBNU katene jareng cabang2 seluruh Indo ehhh neng Jatim wes ketemu kok malah PBNU netepne riyoyo dino Selasa, mbal-bul iki, tapi neng omah bapak sms NU omah dino seloso, jerene sebagian Nu enek sek ngelakoni riyono senin tapi saitik kuwi nek neng surabaya wahe)

Arab Saudi dimana Islam berasal dari sana dalam menetapkan satu syawal sistem yang digunakan adalah ru’yah hasilnya Islam di Arabia kompak dan tidak ada adu mulut dalam menentukan satu syawal demikian juga di Mesir dan negara-negara Timur Tengah. Dan yang lebih membanggakan bahwa pemerintahan disitu memiliki hak (kiblat masyarakat, tidak sama dengan di Indo, sudah punya menteri agama eh gak bisa bergerak sama sekali ketika umat ditimpa kebingungan) Yang jelas pemerintahan Indonesia harus bertanggung jawab, buat apa diciptakannya menteri agama (islam) kalau gak bisa membahas soal umat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top