
Hari Rabu kemarin, tepat tiga hari dari Hari Raya Idul Fitri, saya dan kelurga bertolak ke Sumber Sewu. Pagi itu udara masih terasa segar dengan aroma jajan khas Idul Fitri yang beberapa hari ke depan masih mengiringi irama perjalanan silaturahmi. Namun, kemarin, di kediaman keluarga Sumber Sewu memiliki aroma kebahagiaan yang berbeda, aroma silaturahmi yang sudah menjadi tradisi setiap tahunnya.
Ya kemarin keluarga besar Bani Addullah berkumpul mengadakan acara Reoni Bani Abdullah dan Halal Bi Halal. Sebagai tuan rumah tahun ini di kediaman keluarga Bani Siti Khotijah (putri dari H Abdullah dan Sugiyem. Hj Siti Khotijah sendiri merupakan Ibu dari Ibu saya).

Depan Masjid bercat coklat itu tampak lebih ramai dari biasanya di hari raya. Tenda besar permanen dari Konopi itu telah dilengkapi kursi-kursi berjejer di halaman yang luas, memberikan kenyamanan para tamu saat duduk. Anak-anak berlarian dengan riang, saling menyapa sepupu yang mungkin baru mereka temui lagi setelah setahun berlalu. Para ibu dan bibi sibuk di dapur, mengeluarkan hidangan-hidangan lezat yang telah disiapkan dengan penuh cinta. Sementara para bapak dan paman duduk berkelompok di teras dan ruang tamu, saling bertukar cerita dan pengalaman.
Inilah acara reuni tahunan Bani Addullah, sebuah tradisi yang dijaga dengan baik oleh seluruh anggota keluarga. Setelah kesibukan ibadah puasa dan pekerjaan masing-masing, momen ini menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan, saling memaafkan, dan mengenang kembali akar keluarga.
Haji Abdullah dan Sugiyem memiliki putra putri diantaranya; anak pertama Aminah, kemudian Khusni Ajmadiharjo, Ismail, Ilyas Sumarto dan tarakhir Siti Khotijah. Oleh karenanya acara kemarin sangat meriah karena dihadiri anak cucu dari keturunan anak-anak Bani Abdullah. Namun dari sekian anak keturunan H Abdillah yang paling mendominasi dari banyaknya keturunan yang hadir kemarin adalah dari kelurga Aminah dan Siti Khotijah yang tak lain adalah ibunya ibu saya.
Siti Markamah, cucu Bani Addullah yang sudah berusia senja, namun berusaha melawan tua tahun ini terlihat agak lebih tua dari tahun lalu. Rambut sudah memutih semua, berjalannya juga agak sidikit sempoyongan. Dengan senyum khasnya beliau menyapa kami dan para suadara lainnya. Senyum lembut tak pernah lepas dari bibirnya saat melihat anak cucu dan cicitnya berkumpul. Matanya berbinar-binar menyaksikan keharmonisan yang terjalin. Baginya, reuni ini adalah energi baru, pengingat akan betapa berharganya ikatan keluarga.

“Alhamdulillah, Iso ketemua meneh,” ucap beliau saat ketemu dengan saya saat bersalaman. sambil berjalan menuju tempat utama acara dan menyalamin lainnya, beliau selalu berharap agar masih diberi umur panjang dan kesihatan. “Mugo-mugo tahun sesok sek iso ketemu meneh, sek diweki umur lan kesihatan.”
Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Gus Hanif, lalu doa bersama untuk para leluhur Bani Addullah yang telah tiada oleh KH Marzuqi. Setelah itu, dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan keluarga Bani Siti Khotijah oleh Prof Dr H Mukhorijin MA yang menyampaikan rasa syukur atas kesempatan menjadi tuan rumah dan harapan agar silaturahmi ini terus terjaga.
Gelak tawa pecah saat mauidoh hasanah oleh KH Hakim Asyaquf. Selain menceritakan kisah keturunan dari H Abdullah beserta cucu dan cicitnya, beliau juga memberikan cerita-cerita unik dan lucu. Maklum selain sebagai pengasuh pesantren beliau juga merupakan mubaligh dari keturuan Bani Abdullahd dari jalur Siti Khotijah. Kemudian terakhir acara ditutup doa oleh Mbah Haji Abdillah, sesepuh dari keturuan tertua H Abdillah.
Setelah acara berakhir kemudian makan dengan hidangan komplet tersaji disana. Ada Sate, gulai, makanan arab, Ketupat, opor ayam, rendang, sambal goreng ati, dan berbagai macam kue tradisional tersaji di atas meja panjang. Semua menikmati hidangan dengan lahap sambil terus berbincang dan bercanda. Momen makan bersama ini menjadi simbol kebersamaan dan rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan.
Namun tahun ini ada yang luput untuk di musyarahkan oleh bani Siti Khotijah selaku tuan rumah acara reoni, yaitu mengadakan beberapa permainan maupun kuis sederhana yang melibatkan semua anggota keluarga, dari anak-anak hingga orang dewasa yang biasanya dilaksanakan sehabis acara. Mestinya kalau acara itu berjalan tentu juga hadiah-hadiah kecil akan dibagikan kepada para pemenang, dan tentu saja akan menambah keceriaan suasana.
Reoni keluarga bukan hanya sekadar acara kumpul-kumpul biasa. Lebih dari itu, wujud nyata dari rasa cinta dan tanggung jawab terhadap keluarga. Di tengah kesibukan dan perbedaan jalan hidup, momen ini menjadi pengingat akan pentingnya akar keluarga sebagai tempat kembali dan sumber kekuatan. Dan di hari Rabu yang indah itu, di kediaman keluarga Bani Siti Khotijah, tali persaudaraan Bani Addullah kembali terjalin semakin erat, siap menyongsong hari-hari ke depan dengan semangat kebersamaan.