Sosialisasi Dan Pembekalan Petugas Haji

Sosialisasi Dan Pembekalan Petugas Haji

Sekitar satu minggu yang lalu, di tengah kegian harian, saya menerima kabar penting dari Haji Wabab — bagian dari pegawai di lingkungan Kesra (Kesejahteraan Rakyat). Dengan nada serius tapi tetap ramah seperti biasanya, beliau menyampaikan bahwa akan ada acara Sosialisasi Pembekalan Petugas Haji Daerah 2025.

“Acaranya hari Senin, 21 April 2024, di Surabaya Islamic Center,” ujar beliau melalui pesan singkat.

pak dir menginformasikan babahwa jalan di jember macet merayap. dok. pak dir

Meski waktu persiapannya tidak terlalu panjang, kabar itu langsung membuat saya merasa terpanggil untuk segera bersiap. Sebagai salah satu calon petugas haji daerah, saya tahu betul bahwa acara ini bukan sekadar pertemuan biasa. Ini adalah langkah awal dari sebuah amanah besar—tugas mulia mendampingi para jemaah haji dalam perjalanan spiritual mereka ke Tanah Suci.

pak camat andik satu mobi dengan saya, beliau merupakan camat di daerah pesanggaran. menurut info bahwa beliau terkenal dengan camat yang baik dan membantu warga dalam menyelesaikan berbagai persoalan

Beberapa teman lain juga mulai mengonfirmasi keikutsertaan mereka. Grup WhatsApp mendadak ramai dengan pertanyaan soal teknis keberangkatan, koordinasi kendaraan, bahkan soal logistik seperti konsumsi dan baju yang cocok untuk dipakai. Suasananya jadi seperti menjelang perjalanan panjang—penuh antisipasi dan semangat.

subuh sampai surabaya dan transit ke rumah saudara khozin di perumahan dosen di nginden. khozin juga mengelola pondok pesantren yang berada di samping rumahnya

Di antara berbagai persiapan yang harus dilakukan, hal pertama yang di diskusikan dalam groups PHD itu adalah siapa yang akan ikut mobil siapa. Beberapa kawan sudah mulai saling menanyakan apakah mereka akan berangkat bersama teman-teman dekat, atau justru lebih memilih mobil yang lebih nyaman dan tidak terlalu ramai.

rombongan lainnya transit di wisma blambangan di surabaya

Diskusi pun terus berlanjut, akhirnya keputusan pun mengerucut. Pak Haji Wahab bareng satu mobil dengan Mas Pri, sementara Pak Andik bareng dengan mobil saya, Pak Haji Narto yang saat ujian seleksi petugas haji daerah di Surabaya pulangnya bareng dengan saya. Namun kemarin menggunakan Kereta Api. karena jauh dengan lokasi saya, jika harus bareng saya, maka beliau nunggu di Srono. Banyuwangi- Srono tak dekat, dan itu beliau harus diantarkan jika ikut rombongan mobil saya, kecuali jika saya lewat jalur utara atau Situbondo, beliau tinggal nunggu di jalan. Demikian jika terjadi, maka Pak Andik tentu harus diantarkan lebih jauh untuk nunggu di Srono karena rumah beliau di Glenmor jalur selatan menuju Surabaya. Itulah yang pada akhirnya Pak Narto harus ikut jalur Kereta Api.

pagi setengah tujuh sampai di lokasi acara

Yang lainnya seperti Pak Dur sendirian menggunakan armada pribadi, demikian pula dengan dr Pranada juga menggunakan armad pribadi tanpa tumpangan lainnya. Sebagian besar teman-teman saya, yang merupakan pegawai negeri atau pekerja dengan jadwal yang sangat teratur, sudah memutuskan untuk berangkat lebih awal. Bahkan, beberapa dari mereka sudah mengatur waktu keberangkatan sejak sore hari. Pak Dur dan pak Dokter, misalnya, sudah berencana berangkat jam 4 sore. Mereka yang terbiasa dengan kedisiplinan waktu, tentunya sangat memperhatikan detail, mulai dari jarak tempuh hingga waktu yang tepat agar perjalanan tetap lancar. Tidak hanya itu, mereka juga sudah memastikan bahwa mobil yang mereka tumpangi siap berangkat tepat waktu.

peserta sudah mulai banyak memasuki ruangan karena acara akan segera dimulai

Kemudian ada Mas Pri dan Haji Wabab, yang memutuskan untuk berangkat sekitar Magrib. Mereka selalu tampak begitu siap dan terorganisir, seolah-olah tidak ada yang bisa menghalangi jadwal mereka. “Kita berangkat lebih awal, biar bisa sampai Surabaya malam, istirahatnya di Wisma Blambangan, Kamar dah saya pesankan,” kata Pak H Wahab, yang selalu berbicara dengan penuh kedisiplinan.

Sebagai orang swasta, saya cenderung lebih fleksibel dengan waktu. Dan ya, saya harus mengakui—saya sedikit lebih santai soal ini. Sementara teman-teman saya sudah berangkat dengan penuh disiplin, saya baru berencana berangkat jam sembilan malam. Mungkin karena satu lain hal, atau mungkin karena saya memang terbiasa “molor” sedikit dengan waktu. Sebuah kebiasaan yang tak bisa saya pungkiri, meski selalu berusaha lebih baik.

acara di buka oleh Kh acmad jazuli dari kesra dan perwakila dari kanwil jatim

Saat melihat kawan-kawan yang sudah siap dan bergerak lebih awal, saya sempat merasa sedikit cemas. Namun, setelah menyelesaikan pekerjaan dan memastikan semua barang sudah siap, saya pun merasa tenang. Keberangkatan saya mungkin lebih malam, tetapi saya yakin perjalanan ini akan berjalan lancar.

Jam sembilan malam, akhirnya saya berangkat. Walaupun kawan-kawan lain sudah lebih dulu meluncur, saya tetap merasa bahwa perjalanan ini adalah bagian dari pengalaman yang harus saya jalani dengan baik. Bahkan, di tengah perjalanan, saya tertawa sendiri membayangkan perbedaan gaya hidup kami: mereka yang sangat teratur dan disiplin, sementara saya yang lebih “relaks” dan kadang terbawa alur. Tentu saja, saya merasa tidak ada yang salah dengan kedua gaya ini. Setiap orang punya cara berbeda untuk memulai perjalanan.

Namun, sesampainya di Surabaya nanti, saya yakin kami akan bertemu dengan semangat yang sama—semangat untuk mengikuti sosialisasi, berbagi ilmu, dan pengalaman. Perbedaan waktu keberangkatan ini hanya menjadi cerita kecil yang akan saya kenang, sebagai sebuah pengalaman yang mengajarkan saya pentingnya menyesuaikan ritme dengan situasi, dan tentu saja—bahwa setiap orang memiliki cara unik dalam menjalani perjalanan hidup mereka.

Perjalanan dari Banyuwangi menuju Surabaya memang panjang dan memerlukan banyak persiapan. Setelah berangkat jam sembilan malam, perjalanan saya terbilang lancar, meski sedikit melelahkan. Malam itu, saya merasa sangat bersyukur karena meskipun sudah terlambat berangkat dibandingkan teman-teman lain, saya masih memiliki kesempatan untuk singgah dan beristirahat sejenak di rumah saudara saya, Khozin, yang kebetulan tinggal di daerah yang tidak terlalu jauh dari lokasi acara.

karena efesiensi anggaran, tahun ini untuk seragam petugas haji tidak disediakan oleh pihak pemerintah. petugas haji wajib membeli dengan biaya agak lumayan

Sekitar subuh, akhirnya saya sampai di rumah Khozin. Rumah saudara saya ini selalu menjadi tempat transit yang nyaman, dan saya memang sudah merencanakan untuk mampir ke sana untuk mandi dan ganti baju sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat acara. Saya merasa lega bisa sejenak meregangkan tubuh yang sudah mulai terasa kaku setelah berjam-jam di perjalanan.

Pagi itu Surabaya masih diselimuti udara sejuk sisa hujan se malam. Saya berangkat lebih awal dari tempat transit saya di rumah Prof Dr Muhrojin atau saya biasa memanggil Khozin– saudara saya yang saat ini menjadi guru besar dan mengasuh pesantren-.

Sosialisasi Pembekalan Petugas Haji Daerah 2025 yang dilaksanakan di Surabaya Islamic Center. Kegiatan ini menjadi salah satu agenda penting bagi kami, para calon petugas haji, dalam mempersiapkan diri menghadapi tugas yang penuh tanggung jawab dan bernilai ibadah tinggi.

foto bareng dengan petugas haji dari dearah saya yang kuotanyah hanya enam orang setiap tahunnya

Acara dimulai sejak pagi hari, diawali dengan registrasi peserta dan pembukaan secara resmi oleh perwakilan dari Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur dan Kesra Jatim. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan pentingnya peran petugas haji dalam memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah, mulai dari keberangkatan, selama di tanah suci, hingga kepulangan ke tanah air.

Selama sesi sosialisasi, kami dibekali berbagai materi penting terkait tugas dan tanggung jawab sebagai petugas haji. Materi-materi tersebut meliputi teknis pelayanan jamaah, manajemen krisis, prosedur kesehatan, hingga aspek ibadah yang harus dipahami dan dipraktikkan secara tepat. Para narasumber berasal dari Kementerian Agama, tenaga medis, serta mantan petugas haji yang membagikan pengalaman langsung mereka di lapangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top