Malam ketiga hari raya, saya kedatangan Son Haji. Tak seperti biasanya dia datang sambil senyam-senyum seperti orang ketiban rezeki. Setelah saya tanya ternyata memang benar, dia  ngaku sebelum Idul Fitri dapat seratus lebih uang dari hasil Musa’adah. Tapi malam itu senyumnya bukan karena dapat uang banyak, melainkan ingin “menggugat” atas penulisan nama dia tanpa sepengetahuannya

Sambil dia mengobral kata (jawa) sana-sini dan membawa bulletin, akhirnya saya baru sadar oh masalah tulisan tentang Musa’adah itu. Haha memang nama Son Haji saya cantumkan sebagai salah satu pelaku pemburu Musa’adah. Lha gimana lagi memang benar kok dia pemburu sejati.  itulah Kelemah saya barangkali, kadang terlalu jujur dan sulit keluar dari rasa bohong. Bukannya nulis mesti jujur? Kata penulis. Meski kadang penyebutan nama pelaku saya plintir sedikit. Dalam tulisan di bulletin edisi Idul Fitri itu, nama Maulana saya tulis menjadi Mulen, Falahuddin saya plintir jadi Udin termasuk Son Haji menjadi Son Haj. Dengan plintiran tersebur barangkali pembaca tak tahu nama sebenarnya

son haji

Maulana El-Aini dalam undangan Open The Door ke rumahnya Mutsallas hari ke satu Idul Fitri sempat curhat. Dengan nada lesoh dia mempertanyakan penisbatan nama yang saya tulis itu “Mulen”. Mulen sendiri adalah nama panggilan dia untuk kalangan terbatas. Lewat senyum khasnya dia juga menyanggah “Lhaa yang nulis khan ikutan juga nyerbu musa’adah waktu itu di gami’ Qies. Hayoo..!” hahaha

Tapi bagi Maulana, tidak terlalu risau namanya tercatut. Beda dengan Son Haji, dia sedikit putus asa (mencari musa’adah lagi) setelah namanya tertulis tanpa seizing empunya. Kalau saya sendiri, sebenarnya yang saya kuatirkan bukan Son Haji kawan dari Banyuwangi itu tapi orang lain yang selama ini menjadi teman akrab saya yang juga kebetulan ayahnya bernama Son Haji. Tapi syukurlah persaan itu tak terjadi. Lagian dia kayaknya sudah tahu kalau saya punya kawan bernama Son Haji

Walau mengeluh, Son Haji alhamdulilah tidak nuntut ke pengadilan 😀 apalagi minta tebusan uang milyaran rupiah seperti kasusnya Mbak Tutut di TPI itu. Kasus Son Haji hanya kasus sepele, remeh-remeh tapi nyanta :D. permainan kosa kata yang tak berujung.

<!– ckey=”08B7DA86″ –>

2 thoughts on “Son Haji

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top