Tanpa mengurangi rasa takdir pada Tuhan yang maha esa, Mespan memang tak memiliki nilai lebih apapun kecuali ditakdirkan Tuhan menjadi manusia “awet enom”. Meski dia termasuk golongan abnormal alias kategori “arek gendeng” sejak kecil, kecerian dan keinginannya sekolah terlihat jelas; kemana-mana membawa buku, pakaian sekolah yang gak ganti-ganti. Dan salutnya lagi dia saben hari ke sekolah walau hanya sekedar “mlaku-mlaku di depan kelas.
Pagi tadi Mespan masuk ke ruang saya, ini pertemuan pertama kali saya ngobrol sama dia. Bisa dibilang pertemuan orang waras dengan orang gak waras. Tak banyak yang dia bicarakan kecuali minta bantuan supaya menyobekan bungkus obat mumet.
Sejak dulu pula memang dia selalu sambat sakit kepala, pusing dan panas. Apakah ini benar atau hanya omongan orang yang tak waras, bisa jadi penyebab kegendengan dia barangkali bermula dari penyakit itu. Sebab bicaranya, gerakan tangannya yang seperti orang pelo dan getar mengindikasikan dia punya riwayat penyakit panas hebat waktu kecil.
Saya salut dengan ketahanan tubuhnya yang bisa bertahan hidup hingga sekarang. Berapa banyak macam-macam obat yang ia telan, tanpa resep doktor karena keluhan dia yang kalau ditanya sakit kepala pasti jawabnya ia dan mumet, padahal belum tentu ucapan Mespan itu benar-benar sakit kepala.
Bagi orang yang gak paham siapa Mespan pasti akan memberika obat sakit kepala dan suruh meminumnya, kalau begitu tentu saja akan mengancam organ tubuh yang lain. Bagi warga desa yang sudah mafhum siapa Mespan malah akan “mengguroinya”.
Mungkin umurnya sudah 36 keatas, ia mestinya sudah beristri, punya anak dll, tapi meski dia gendeng wajahnya seperti masih berumur 20-an. Masya Allah Tuhan maha adil terhadap hambaNya.
Posted with XL for BlackBerry.