Kamis (16/07) sebuah offlinan berhampiran di YM saya. Antara percaya dan tidak mengabarkan bahwa salah satu rombongan IKPM asal Ponorogo Jawa Timur meninggal dunia di pantai Sharm Elshekh. Belum jelas keterangan offlinan itu. Di pantai mana ia tenggelam. Apakah pantai yang minggu lalu saya jamahi? Atau pantai lain yang konon sangat indah namun berbahaya? Hamid Komat Kamid pemberi kabar berita hanya terdiam sipu saat saya memperjelas kabar angin-anginan itu. Qamar pun demikian. Dua pengurus Gama Jatim itu hanya menimpali pertanyaan saya dengan jawaban “tunggu kabar berikutnya”

Kabar burung itu semakin terkuak jelas hari berikutnya bahwa telah meninggal anggota IKPM yang sedang rihlah ke pantai Sharm Elshekh. Menurut laporan Imam Z, alumni Gontor itu merupakan mahasiswa baru. Dua bulan dia menginjakkan kaki di bumi kinanah. Saya sendiri belum tahun apakah almarhum sudah mendaftar di Al-Azhar atau belum. Yang jelas dia salah satu santri berprestasi di Gontor dan mungkin juga kader pesantren bersangkutan

pantai buatan itu

Tentunya ini menjadi pukulan telak bagi keluarga. Baru saja (dua bulan lalu) berpamitan sama sanak famili, tiba-tiba mendapatkan kabar duka. Sebuah ujian berat dan mengejutkan. Tak ada yang bisa ditangisi kecuali pasrah kepadaNya. Dua orang tua almarhum yang sedang bekerja menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) terlebih lagi

Sharm Elshekh adalah sebuah tempat indah yang banyak didiami turis asing. Di sanalah mereka menjemur tubuh, berenang. Sharm Elshekh juga sering digunakan sebagai tempat pertemuan kepala negara . Orang menyebutnya sebagai Balinya Indonesia. Ada beberapa tempat (pantai) di Sharm Elshekh yang sering dikunjungi turis asing maupun mahasiswa Indonesia . Pertama; pantai buatan. Pantai ini satu minggu lalu saya jelajahi. Di tempat itu airnya dangkal, lokasinya juga tidak terlalu luas, paling empat kali lapangan sepak bola selebihnya gundukan tanah. Meskipun tidak dalam-dalam amat, tapi ada beberapa titik yang amat dalam. Ini kayaknya digunakan sebagai tempat beroprasinya kapal-kapal kecil yang kerap dipakai wisatawan asing

Pantai lain berada berjauhan. Di sinilah dia menghembuskan nafas terakhirnya. Saya belum pernah ke tempat ini. Menurut Imam Z di pantai asli (bukan buatan) ini indah. Banyak ikan bersliweran saat seseorang berenang. Pantai berkarang ini unik. Sekitar 20 meter dari tepi pantai, tinggi air hanya selutut. Tapi jangan buru-buru ke tengah, karena di sana ada semacam palung yang sangat dalam

Seperti pada kasus anggota IKPM itu. Menurut cerita, Ia menuturkan tidak bisa berenang di tempat yang dalam (palung). Saat ia mencoba ke tengah (karena hingga menengah pun sebenarnya masih dangkal selutut) di tempat yang ada palungnya ia tenggelam tanpa sepengetahuan kawan-kawan lain. Baru beberapa menit kemudian, seorang turis asing memberi kabar bahwa ada seorang yang tenggelam

Akhirnya nyawanya tidak bisa diselamatkan karena sudah kebanyakan air. Sementara pihak tim SAR terkesan kurang siap menghadi musibah ini, alat bantu buatan (oksigen) mereka tidak punya. Seandainya tersedia barangkali nasibnya lain. Meski hidup mati berada di tangan Tuhan

Hari ini ia diterbangkan ke Indonesia. Semoga amal jariyah diterima disisinya. Amien

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top