Ajakan seorang teman pagi itu membangunkan saya dari alam bawah sadar menuju alam sadar. Lewat perantara kiriman sms, bung Kadar mengajak saya mengunjungi tempat keramat yang 13 februari lalu diresmikan Susan Mubarak istri Presiden Mesir Husni Mubarak. Saya rasa waktu itu saya sudah terlambat, karena informasinya mendadak, saya balas sms itu ala kadarnnya ( bukan kebetulan namanya kadarisman sehingg balasnya ala kadarnya) “Saya tak ikut dalam mimpi aja” Balasan sms saya
“Oh kami juga masih di markas Qatamiyah, belum berangkat. Kita ketemuan di masjid Al-Azhar saja” Jawab sms kawan yang akbar di sapa Kadarista Sanjev itu. Karena Qatamiyah adalah daerah desa yanag jauh di mato, harapan saya mengejar waktu yang semakin mepet –sholat jum’at dari kota Damerdas masih dapat dicapai. Saya tahu ini bukan acara dia murni, kalau gak malah desakan dari saya, tapi gawe saudara Yasin Shadiqin yang bentar lagi bakalan meninggalkan desa Qatamiyah menuju Indonesia

Rencanya jalan-jalan ini sudah lama diwacanakan kawan-kawan termasuk saya. Bukan persoalan pernah atau tidak, tapi ingin menjajal barang baru milik mantan anak buah al-Munief Kargo saudara Encien yang katanya harganya jutaan rupiah ini. Karena alasan satu dan lain hal, rencana itu baru terjadi hari Jum’at kemarin (19/02/2010). Saya bersama bung Kadarista Sanjev dan Encien jalan-jalan menulusi tempat bersejarah yang beberapa tahun teresolasi oleh renovasi. Sementara kawan-kawan lain entah kemana tak terdengar informasinya
Tiga tempat yang baru diresmikan setelah mengalami tarmiem/renovasi itu adalah; Qalawun, al-Nasir Muhammad Qalawun dan Barquq. Semuanya berada di kawasan jalan/syari’ Muiz. Dengan begitu saya sudah dua kali berada di kawasan situ. Pertama tengah tahun lalu saat bersama kawan-kawan dari QO, cuman melihat masjid dari luar dan gak diperkenankan memasuki karena masih dalam tahap renovasi. Ke dua hari Jum’at lalu
Tiga bangunan tua tersebut tak jauh berbeda dengan masjid peninggalan lainnya. Saya amini, miniatur masjid sini nyaris mirip satu dengan lainnya, katakanlah menara yang juga merupakan simbol peribadatan di Mesir. Kedua, masjid sebagai tempat ibadah juga merupakan sarana belajar mengajar. Barangkali yang membedakan cuman nilai historis (saya tak akan bercerita sejarah tiga tempat itu. Silahkan meluncur ke sini aja kalau mau lebih detail tentang Qalawun, al-Nasir Muhammad Qalawun dan Barquq)
Hanya saja kalau anda berada di sana seperti melihat Mesir pada zaman tempo doelu sebagaimana yang diceritakan dalam film maupun sejarah penduduk asli Mesir. Lantunan lagu legendaris milik Umi Qulsum terdengar merdu dipelataran jalan/syari’ muiz. Termasuk pakaian khas kemesiran yang semuanya seperti menggambarkan budaya penduduk asli pribumi yang telah terkikis oleh peradaban modern
Encien begitu menikmati suasana murni kemesiran itu. Bung Kadar sepertinya juga demikian, selain dia juga menikmati wajah cantik wisatawan asing yang sedang berpose di depan masjid Qalawun. Tak mau ketinggalan kesempatan emas, bung Kadar lalu mencoba mengambil gambar wanita yang menurutnya digadang-gadang seperti Mariam Peres itu
Tak seperti yang diharapkan sebelumnya, wanita –menurut bung kadar cantik itu ternyata sedang menyimpan segudang jerawat di pipinya. Pupus sudah harapan lelaki jomblo ini. Namun dia belum menyerah, sehabis shalat magrib di masjid al-Azhar dia kembali bereaksi. Kali ini yang ia tembak adalah perempuan masih teen/belasan gitu. Sayang wanita yang juga menurut Encien cantik itu tersipu malu, diam seribu bahasa, seolah mereka berdua dianggap batu 😀
“Satushally (mau sholat)?” Sapa Sanjev pada wanita mirip Luna Maya yang tak dapat respon itu. Ibarat manusia apes, bung Kadarisman sudah jatuh ketiban tangga lagi. Apa boleh buat nasi belum matang, maka keinginan juga harus ditunda dulu
Suasana batin yang masih menyisakan kemaluan besar itu juga diikuti tak bersahabatnya jalan raya. Kepadatan arus balik warga setelah seharian berlibur di hari Jum’at dan merupakan liburan panjang terakhir pasca ujian term 1, menunda kepulangan lebih cepat dari jadwal awal menuju rumah Luke al-Hakim di Mutsallas
sekali lagi menulusuri kawasan Syari’ Muiz seperti memutar kembali rekaman perjuangan Islam di di bawah panji dinasi Umayyah, karena di sana banyak peninggalan bersejarah selain Qalawun, al-Nasir Muhammad Qalawun dan Barquq, yaitu Masjid Hakiem bin Amr Allah, Babu Futtuh, makam as-Shaleh Nagm Ad-din Ayyub dll. Semuanya satu arah yang mudah dilalui, karena jalan tersebut sekarang sudah direnovasi
cobalah sekali2 ke ain suhna…pasti akan ketagihan
encien ditunggu bombom
nice your rihlah…!
wah mentang mentang yang punya situs,,, komen saya di ganti kalimatnya… gak sopan
sory jar, sy juga dikabari mendadak nih 😀
kok ngak ngajak2 sih mas? nice posting mas! 🙂 saya kasih bintang **** 🙂
bisaaa saja
😉
Beh wanitane kok ayu to kuwe 😀