Saya bersama tiga teman lainnya Imam, Encien dan Falah secara terpaksa harus berurusan dengan aparat kepolisian Dimyat di kawasan Ra’su Barr. Berawal dari iseng potret memotret tempat peribadahan orang Kristen Koptik yang berada dipinggir jalan kami berempat secara mendadak dipanggil oleh penjaga tempat peribadahan itu.

Awalnya pemanggilan itu kami anggap biasa saja. Karena masalah seperti ini paling banter mungkin cuman diminta mendelete hasil jepretan olahan tangan dingin si Imam. Karena saya sendiri pernah mengalaminya di Kairo memotret kawasan bebas foto, lalu dipanggil polisi dan suruh menghapusnya setelah itu beres tidak ada perdebatan atau pemanis apapun

Jalan Syarik Lissan merupakan lokasi Ra'su Barr Berada

Tapi kenyataann kemarin berbeda. Kami berempat terpaksa harus melakukan pendekatan secara persuasif. Dari kalbu ke kalbu hingga pemanis dengan dalih alasan yang rasional supaya kamera itu bisa lepas dari genggaman polisi. Entah apakah karena memang beda menyikapan antara polisi daerah dengan polisi ibu kota atau ini hanya sebagai aksi sporadis dari kepolisian agar supaya mereka mendapatkan sesuatu berharga dari kami semisal uang dll, mengingat waktu itu kami dianggap sebagai turis asing *padahal turost*

inilah wajah-wajah sendu habis ditangkap polisi

Karena saking sulitnya, hingga suadara Imam memiliki niatan untuk melaporkan masalah ini ke kawan-kawan lain yang berada di komplek penginapan. Sebab bentuk apapun –selain nyuap- sudah kita lakukan termasuk permintaan maaf dan ketidak tahuan kalau lokasi itu dilarang. Tapi hasilnya nihil, kamera itu belum juga dilepas. Lambat laun dua polisi berdiskusi satu dan lain hal. Entah diskusi apa yang mereka bicarakan. Namun kayaknya ada upaya untuk melepaskan kamera, walau terbesit ada satu diantara mereka berdua berupaya mempersulit pelepasan kamera

“Saya juga muslim, tapi ini masalah besar” Kata salah satu polisi. “Malyes ihna mus ‘arif ya ustadz” Seloroh Encien. “Ya sudah jangan diulangi lagi, kalau sampai terulang kamera ini tidak akan saya kembalikan” Jawab polisi yang menurut saya sedikit kalem dan mau tersenyum ketimbang polisi satunya yang cemberut dan terkesan mempersulit serta minta imbalan. Ahhamdulillah akhirnya kita bisa bernafas lega

Keindahan Ra’su Barr

tugu di pinggir laut yang menyatakan sungai nil terpanjang di dunia

Baru kali ini saya menginjakkan kaki. Sebuah tempat indah nan mempesona. Ra’su Barr. Entah saya sendiri kuran begitu tahu arti/maksud dari itu. Kalau makna menurut saya artinya kepala laut. Tapi kayaknya kurang cocok atau malah mirip. Ini karena pertemuan antara dua air tawar dengan air asin, antara lautan Mediterania dengan sungai Nil. Dalam alquran sendiri di sebut sebagai Bahraini Yaltaqiyan. Kendati terjadi bermacam-macam penafsiran lokasi Bahraini Yaltaqiyan. Ada yang bilang berada di Iraq ada pula yang bilang berada di Jepang

Pertemuan dua air antara tawar dan asin memang merupakan sebuah keajiban. Di luar batas nalar manusia sebuah aliran sungai Nil yang telah menjadi kehidupan orang Mesir bertemu alias menyambung dengan lautan. Anehnya aliran sungai Nil itu tidak asin

Ada kawan kemarin mencoba air yang masih menyambung dengan laut. Ketika dicicipi ternyata masih asin. Ini mungkin karena airan sungai Nil kalah banter dengan air laut. Tapi bagaimanapun keindahan tempat Ra’su Barr membuat saya tiga kali jalan-jalan ke situ. Mungkin ada yang lebih. Ini sebuah prestasi mengingat tempat lokasi penginapan rombongan dengan Ra’su Barr lumayan jauh

Nampak dua air berbeda antara tawar dan asin saling bertemu

Selama tiga kali itu diantaranya saya lalui dengan jalan kaki (pulangnya) sambil menikmati keindahan kota tersebut. Capeknya minta ampun. Ini saja hanya jalan kaki ketika pulangnya, apalagi kalau pulang pergi. Saya salut pada Bung Kadarisman yang begitu enerjik berkali-kali mengantarkan kawan-kawan lain baik lewat jalur darat (jalan kaki) maupun lewat Eltramnco ke Ra’su Barr. Saya lihat dopingnya hanya pill Habba Assauda’ selebihnya saya kurang tahu

Bersambung

3 thoughts on “Ke Dimyat

  1. Ha ha ha… Betul Bung Kadar…. kita jadi takut distrum nih… Saya, Bung Falah, Encien dan Bung Agus antara dua pilihan pahit nih… antara distrum atau disodomi polisi mesir… ha ha ha ha ha

  2. Ingat! aksi penagkapan tak hanya di Kairo, di Dimyatpun bisa terjadi đŸ˜€ (Pesan Mas Agus untuk Bung Imam hehehe) ditunggu edisi berikutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top