Memang Bung Kadar mengungkapkan kepada saya saat berbincang-bincang di Kafe Bur Said bahwa obat andalan penangkal lelah selain Habbah Barakah adalah kuning telur kampung. Ini rutin ia jalani semenjak mendapatkan rangsangan dari kawan satu rumah si Iyan dan Encien. Begitu ia merasakan betapa nikmatnya menjaga stamina tubuh dengan kuning telur kampung mentah yang konon di campur dengan susu dan madu membuat badannya yang kurus mampu bertahan berjam-jam. Mengalahkan stamina saya yang sebenarnya jauh lebih berisi ketimbang dia
Ini bisa saya lihat kelincahan dia saat memandu rombongan tour IKBAL selama dua hari lalu mulai tanggal 2 dan 3 Juli 2009. Tidak ada dalam rombongan tersebut yang mampu menandingi stamina primanya Bung Kadar. Babe saja yang sudah berisi kawat balung besi masih kalah dengan dia. Apalagi dengan saya sangat jauhlah. Maka saya lemas dibuatnya saat dia ngajak jalan kaki ber kilo-kilo menuju Ra’su Barr. Apalagi yang diajak jalan semuanya prakstis dari kaum adam, mungkin suasananya berbeda jika ada diantaranya adalah kaum hawa. Pasti di situ akan timbul kekuaan gaib dari alam sugesti
Falah salah satu komando rombongan tour mengungkapkan capeknya minta diampuni (minta ampun) bukan hanya capek stamina, menurutnya kulit yang sudah ia rawat satu tahun lalu ikutan capek alias menghitam karena terkena terik matahari yang waktu itu begitu menyengat
Bayangkan saja habis datang siang hari di lokasi langsung setelah sarapan dan satu hal kawan-kawan sudah pada jalan-jalan baik ada yang ke Ra’su Barr maupun ke pantai dekat penginapan. Saya sendiri sehabis makan dan satu lain hal mau menonton depat capres terakhir lewat internet. Sayang sinyal modem usb Mobinile kurang lancar di sana. Terpaksa saya dan Falah mencari warnet yang tak jauh dari lokasi penginapan kami
Di warnet saya sudah menyewa selama dua jam untuk menonton debat calon presiden itu. Tapi lagi-lagi banyak gangguan. Pertama waktu seru-serunya si JK menyentil SBY lewat iklannya yang satu putaran tiba-tiba lampu listrik pemadaman. Kedua setengah jam berikutnya koneksi disconek. Akhirnya saya dan Falah undur diri dari warnet dan pulang ke penginapan. Satu jam saya istirahat di situ sambil ngobrol ngarol ngidul dengan bung Imam di penginapan yang waktu itu hanya beberapa orang saja. Sementara yang lain pada kabur melihat-lihat obyek wisata
Baru setengah jam berikutnya terlihat beberapa gerombolan kawan datang dengan wajah yang berbeda-beda. Ada yang super hitam (setelah awalnya memang item) ada yang mendadak hitam dsb. Saya mendapat saran jangan pergi ke Ra’su Bar siang hari, soalnya hawanya sangat panas dan menyengat kulit bisa-bisa kulitmu nanti seperti Drogba
Habis Asyar saya baru keluar bersama Imam, Falah dan Encien. Lewat eltramco dan pulangnya lewat jaur darat (jalan kaki). Dari persitiwa jalan kaki ini banyak sekali saya temukan tempat-tempat indah di sepanjang jalan hingga diintrograsi oleh aparat kepolisian karena memotret tempat peribadahan umat Kristen
Gara-gara jalan ini pula yang begitu jauh saya tidak bisa mengikuti bersenang-senangnya kawan rombongan lain yang sedang mandi di laut dekat penginapan. Saya menyesal tidak bersama mereka yang sedang bermain bola di tepi laut. Tapi saya juga bersykur karena kamera saya akhirnya dilepaskan juga oleh aparat kepolisian
Bersambung
:jrb: