Seandainya saja saya tidak punya utang terharap universitas saya, barangkali saya juga ikutan nimbrung bersama kawan-kawan lain; belajar bagaimana mencari penghasilan lewat keringat sendiri. Secara garis besar bekerja bukanlah profesi seorang kuli, buruh rendahan dan budak yang tak terhormat, namun bekerja secara umum sebenarnya juga merupakan rangkaian dari belajar; belajar  hidup mandiri, belajar terhadap realita

Realitas belajar ini dimanfaatkan kawan-kawan sebagai momentum awal menapaki kehidupan lewat Al-Munief Kargo, sebuah perusahaan resmi jasa pengiriman barang ke Indonesia berpusat di Madinah, katanya juga merupakan satu-satunya perusahaan yang mendapat tender dari penyelenggara Haji (depag). Sedikitnya ada 20 orang mahasiswa ikut nebeng di perusahaan itu

mobil al-munief

Namun menjelang pelaksanaan tugas, banyak kawan-kawan saya mengundurkan diri. Saya kurang tahu persis alasan mereka, yang pasti sejumlah orang top diperkirakan memutus kontrak kerja dengan Al-Munief Kargo seperti koordinator kargo sendiri saudara Imam Wahyuddin. Begitu pula sang layouter handal mang Inu yang semula dapat tugas kantoran (obok-obok komputer/data) turut mengundurkan diri

Sepertinya bukan masalah gaji kurang adu hai, karena gaji seukuran pemula/manusia single sebesar 80 real per hari sudah lumayan cukup (besar). Apalagi menurut pihak kargo petugas kantoran dapat tambahan gaji yang lebih besar, meski petugas lapangan juga tidak kalah (selain biaya tetap dari kargo, petugas lapangan juga mendapatkan biaya tambahan dari setiap klotter sebesar 400 real lebih di bagi 8 orang per tugas. Jadi kalikan saja selama satu bulan, bisa sampai ribuan real, dan tentu saja cita-cita kawan saya saudara Encien ingin membeli kamera Cannon ber HD akan tercapai

calon2 pekerja berada di lokasi yang menyeramkan

Barangkali yang menjadi kendala adalah letak kantor sekaligus sebagai  tempat penginapan yang kurang  strategis. Saya tahu sendiri bagaimana keadaan kantor, karena kebetulan waktu pembekalan calon pembantu pekerja di Al-Munief Kargo saya diajak Imam selaku koordinator ikut menemani. Kira-kira 10-15 km jarak kantor Al-Munief dari madinah/masjid nabawi. Kantornya memang masih baru, bentuk ruangan seperti tempat pelelangan ikan karena penutup gedung yang seperti gubuk itu terbuat dari seng. Lalu tempatnya sepi, sunyi, mengerikan. Orang sekelas kawan-kawan yang biasa chatingan tentu saja menjadi berbalik arah

Jadi untuk sampai ke lokasi kantor kargo , calon pekerja termasuk saya yang berkesempatan ikut, dijemput dari penginapan dekat masjid Ijabah -50 m dari masjid nabawi-. Oleh karenanya saya dengan nada keheranan; ternyata jarak antara masjid nabawi dengan kantor kargo sangat jauh bahkan bisa dibilang berada di padang sahra yang tak berpenghuni kecuali tumpukan mobil rusak

Sesampainya di lokasi, saya dan kawan-kawan lain (calon pekerja) duduk tersipu sambil menunggu bos kargo Pak Zaim. Butuh satu jam lebih kami menunggu kedatangan beliau. Setelah tiba di kantor, ternyata beliau tidak sendirian, ada sejumlah pejabat depag hadir. Terjadilah perkenalan dan dialog secara familiar antara kami dan mereka

di sinilah mereka tidur

Menurut Pak Zaim yang juga ber etnis Madura itu, mengapa dirinya mempercayakan kepada para mahasiswa ketimbang para mukimin? Karena mahasiswa rata-rata punya karakter sebagai seorang pelajar. Jadi bukan otot yang ia perankan nanti ketika berhadapan sama jamaah haji yang bersikeras ingin meloloskan barang bawaannya ( menurut aturan setiap jamaah tidak boleh membawa barang lebih dari 32 kg) melainkan otak, lewat intelektualitas

Dialog dan obrolan itu tak terasa hingga magrib tiba lalu diakhiri dengan makan bersama. Karena Sahra, menjelang malam hawa di kantor itu sangat dingin. kawan-kawan sudah banyak yang tidak tahan dan ingin segera pulang menuju penginapan di dekat masjid Ijabah dikarenakan belum mempersiapkan diri termasuk membawa pembekalan seperti selimut, koper, pakaian dll, barang-barang mereka semuanya masih berada di penginapan. Hal ini wajar karena jadwal mereka mulai bekerja masih 3 hari lagi, kecuali petugas kantoran seperti koordinator Imam W, Inu dan Miskari yang harus sudah star mulai besok/setelah pembekalan dan perkenalan calom pekerja

Karena Imam W dan Inu mengundurkan diri, entah kelanjutan petugas kantoran yang katanya gajinya lebih gede itu. Bahkan saya pun dikira juga mengundurkan diri, padahal kehadiran saya pada pembekalan di kantor Al-Munief Kargo itu cuman ikut-ikutan  saja atau dalam istilahnya si Imam, saya cuman nebeng ikut makan saja

3 thoughts on “Al-Munief

  1. rifai selamat kompi anda gak ikut di jambret ya,,waktu itu
    Mr hafidz, yg penting halal ya dan kenyang ha he

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top