Nyaris satu bulan ini saya terserang batuk+flu. Sepertinya puncaknya ya belakangan ini badan saya lemas, suhu tubuh panas dingin. Takut didakwah terserang flu babi saya baru mau memeriksakan diri dua hari lalu ke dokter samping rumah. Mengapa kok langsung ke dokter? Bukannya periksa saja sudah kena tarif/pajak. bukankah lebih nyaman langsug beli obat ke apotik, sudah irit efisien lagi
<!– ckey=”08B7DA86″ –>
Kebiasaan yang terakhir ini saya ubah; lebih baik periksa ke dokter sejak dini sebelum beli obat. Saya sudah kapok kejadian tahun silam saat beli obat flu tanpa resep dokter. Waktu itu bukannya flu saya sembuh, ginjal saya diserang oleh obat flu yang dosisnya mengerikan, sangat gede. Malam gak bisa tidur karena pinggang saya kesakitan. Tapi waktu itu saya belum tahu persis kalau sakit pinggang saya itu karena ginjal, walau hati nurani saya tiba-tiba menyuruh minum air menaral sebanyak-banyaknya. Baru ketahuan empat bulan berikutnya, ketika perut saya sakit, lalu dibelikan kawan obat perut dengan dosis tinggi pula

Alhamdulillah minum satu obat, perut sudah gak sakit, tapi tiba-tiba pinggang saya nyerinya minta ampun. Sakitnya lebih parah dari sakit pinggang sebelumnya, bahkan saya tidak bisa berjalan. Saya selalu teriak kesakitan. Suasana jadi tegang. Kemudian kawan-kawan rumah berinisiatif membawa saya ke seorang akupuntur Jozi. Lalu Jozi memvonis ginjal saya kena akbiat obat berdosis tinggi itu. Habis ditusuk jarum, sakit pinggang saya masih nyeri, baru beberapa jam kemudian saya bisa kencing berwarna hitam. Tidak seperti biasanya saya kencing menghitang. Kata kawan ya itu namanya penyakit ginjal, bahkan masih katanya pula kalau penyakit ginjal sudah parah bukan mengitam lagi tapi sudah kencing darah
Bicara masalah penyakit ginjal, pada sebuah perjalanan di kapal menuju Safaga kemarin, saya ngobrol dengan seseorang yang ibunya sudah dua tahun mengindap penyakit ginjal. Menurut kawan itu bahwa ibunya punya cacatan buruk ketika masih muda yaitu sering minum obat. Dikit-dikit, obat. Ibaratnya gejala sakit panu saja sudah nelan obat. Jadi baru ketahuan ketika sudah tua ginjalnya rapuh karena diserang oleh obat yang mengandung kimia itu.
Sebagaimana kita ketahui ginjal berfungsi untuk menyaring virus/penyakit dalam tubuh. Makanya ketika ginjal seseorang sudah tidak berfungsi dengan baik, alternatifnya kalau tidak cuci darah sepanjang masa, ya cangkok ginjal
Dapat cerita itu kemudian saya jadi ngeri mau minum obat termasuk mau periksa ke dokter, karena bagaimanapun juga setelah periksa, dokter pasti akan merekomendasikan beli obat dan kalau sudah bicara obat tentu ada korelasinya dengan namanya racun
Makanya saya biarin penyakit batuk saya ini, ujung-ujungnya paling nanti akan berhenti sendiri. Karena masih pakek prakiraan “paling”, akhirnya batuk saya malah semakin parah.
Niat yang Kurang Tulus
Sebelum berangkat ibadah, saya pernah bicara sama kawan-kawan soal niat tulus saya yang berkeinginan mengakhiri kebiasaan buruk saya yaitu minum asap berbahaya pada paru-paru (dhukhon). Beragam tanggapan berbeda dari kawan-kawan berkaitan niat baik saya itu. Seperti saudara Falah sambil bergurau dia bilang; kalau rokok Indo masih berlanjut khan. Lalu saya timpali; kalau Syisya harga mati, masih berlanjut :D. Sementara Mahfudz yang juga seorang penghisap sejati menasihati “niat kamu baik, tapi kalau nadzar jangan, sangat berat nadzar itu. Sudah ada niat baik, saya kira sudah cukup”
Gara-gara keinginan dan niat tulus saya itu, sebelum berangkat ke Safaga saya perbanyak hisapan asap. Bahkan di kapal pun saya sudah ancang-ancang jika nanti kalau telah makai pakaian ihram, saya ingin niat baik saya itu terlaksana. Sayang cuman empat jam niat baik saya itu terlaksana, sisanya hingga sekarang dilanggar
Tidak di Jeddak, Makkah, Madinah saya masih seperti yang dulu jadi dewa pengisap dhukhon. Di hadapan Kabbah, lalu saya bertanya kepada diri sendiri; mengapa niat suci kami sulit terlaksana ya rabb?
Lalu saya mencoba menemukan jawabannya; Berangkali saat itu saya belum mendapatkan hidayah. Selang satu minggu sebelum ke Madinah saya terserang batuk, flu, panas. Inilah cikal bakal batuk berkelanjutan itu hingga sekarang dan barangkali pula inilah hidayah lewat perantara penyakit batuk. Lalu sedikit reda setelah saya beli sirup obat batuk. Anehnya meski sudah batuk saya masih setia dengan isapan dhukhon. Ketika berada di Madinah sebenarnya batuk saya sudah mulai sembuh, lagi-lagi karena masih ngisap, akhirnya batuk saya semakin parah dan gara-gara ini pula saya sempat diajak oleh orang mukimien dari Syiria dengan mobil pribadinya berobat gratis. Orang Syiria ini saya duga seorang guru madrasah karena fasih bicara tentang Islam. Bahasa arabnya sangat fushah dan sepanjang perjalanan mencari rumah sakit (karena rumah sakit gratis yang khusus disediakan untuk jamaah haji sudah pada tutup karena larut malam) saya selalu mendapatkan nasihat madharat mengisap dhukhan itu
Alhamdulillah setelah berobat bersama orang Syiria itu, batuk saya mulai mereda, bahkan bisa dibilang sembuh total karena saya sudah jarang batuk. Namun waktu itu saya masih ngisap, kebiasaan buruk ini rasanya sulit sekali saya buang. Dan baru tahu rasa saat mendarat di Safaga yang cuacanya berbeda dengan Saudi sangat dingin, batuk saya mulai kambung lagi. Di sepanjang perjalanan lewat bus pun saya sudah berpikiran kayaknya saya akan terserang penyakit batuk parah lagi
Nyatanya benar, selang se hari setelah kedatangan saya dari Safaga saya langsung lunglai seperti kehabisan darah, tubuh lemas karena panas, batuk semakin bringas. Semuanya itu barangkali karena saya tak merasa bahwa hidayah itu sebenarnya berupa penyakit batuk supaya saya benar-benar harus berhenti atau karena niat tulus saya kurang taji?
Ah di saat greges seperti ini saya teringat sebagian lirik lagunya Miley Cyrus;
You tucked me in, turned out the light (kau menyelimutiku, mematikan lampu)
Kept me safe and sound at night (menjagaku tetap aman dan sehat saat malam)
minum air putih yang banyak ya agus ^_^
berbahagialann mereka yg gak batuk,,bisa puas menikmatinya 😀
weww,,dang bagi2 seng bau2 indo kwe kakaka
bertobatlah shob ngerokok 😉