Pernikahan
Saya merasa  senang ketika ada acara mantenan atau istilahnya jawa ngeterne manten. Bukan karena hidangan beragam menu atau karena ikut dapat baju seragam baru. Tapi lebih dari itu, semangat saya kembali berkobar. Seperti koboran api yang sedang aktif meluluhlantahkan gedung bangunan yang terbakar

Ibarat baterai hp itu  menjadi full dari tinggal 2 persen. Memang kita butuh namanya motifasi. Dari situ muncul semangat untuk kembali siap bertarung seperti sedia kala. Motifasi tak selamanya bersumber dari acara mantenan. Apapun yang dapat menggairahkan hidup semangat muda lagi. Itulah namanya motifasi.

Doa iftitah sebelum ngiring manten gus ayus

Nah mantenan bagi saya menyulut konsentrasi sangat besar mengalahkan lainyya. Karena mengingatkan saya akan pertama kali melangsungkan acara seperti ini

Di desa saya, orang yang sedang nyambut gae mantenan selalu ramai bahkan hampir ngalahin ramainya pertandingan sepak bola atau tanggapan dangdutan. Selama satu minggu tetangga desa yang dipasrahi rewang sudah menyibukkan diri walau sebenarnya kadang gak ada penggawaian, yang penting bagi orang desa pokoknya nampak dan pokonya dapat sesuatu.

Prosesi ijab kabul

Kalau saya pikir pikir kadang antara perewang dan tamu undangan tak jauh beda dilihar dari segi banyaknya. Kadang malah sebaliknya jumlah rewang melebihi jumlah undangan. Ini bikin kasian tuan rumah karena harus menanggung konsumsi para perewang.

Seiring perjalanan waktu yang kian berkembang dan modern. Masyarakat desa sebagian kecil sekarang ikut-ikutan tradisi perkotaan. Yah itung itung biar dianggep wong kuto tapi aslinya rejeki deso. Jadi tradisi seperti ini kalau ada penggawean gak perlu butuhin banyak orang, seperti sulapan tiba-tiba hari itu banyak orang berdatangan. Semua jenis makanan dan minuman dll biasanya telah dipesan bahkan kadang sudah satu paket dengan tarup? Dll.

Kalau sudah menemukan acara seperti ini biasanya terjadi bisik-bisik tetangga. Satu kampung pada ngrasani sana-sini sambil nyinyirkan lambe turah “tidak ada mendung kok tiba-tiba hujan yah”. Begitulah kalau tradisi rewang kemudian berubah menjadi sesuatu yang instan.

Nah kemarin di Berasan  ada tiga gawe mantenan yang waktunya hanya selang hari bahkan selang jam saja. Pertama Gus Ayus putra Yai Nur Muhammad Iskandar Jakarta. Kedua, putri nyai Afif. Ke tiga, Gus Mamad putra Yai Maksum Nur bersamaan pula dengan acara haul mbah yai Kandar.

Saya gak tau adakah para perewang yang remek badannya. Saya juga belum dapat slentingan ada peladen yang keju linu karena nyuguhi tamu undangan. Tapi saya denger katanya minggu ini banyak becean.

Kalau mengutip gus Faruq bulan ini bulan baik karena berbarengan dengan peringatan maulid nabi. Mungkin berbeda bagi petani dimana bulan ini bulan sibuk menanam padi. Maklum saja bulan ini bulan sibuk dan repot. Sibuk kondangan dan repot becean..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top