Setelah menikmati acara di sekretariatan IKBAL tadi malam saya langsung meluncur ke rumahnya pak Durrahman Rochimi yang besok mau meninggalkan Kairo menuju Indonesia. Di sekretariatan tadi saya mengikuti acara Maulid Nabi sekaligus penjaringan calon ketua alumni al-amien untuk periode mendatang. Dari hasil perolehan melalui pemilihan langsung pada babak pertama, nama Muafik menduduki posisi teratas, dengan perolehan sebesar empat belas suara. Kemudian disusul Babe dengan perolehan sebanyak tiga belas suara dan terakhir Fauzi yang harus puas berada diurutan ke tiga atau mendapatkan sepuluh suara

Dari pemilihan pada babak pertama yang dilansungkan tadi malam nama-nama orang lama seperti Maulana, Masykur Abdillah, Imam Wahyuddin, Om Thalak, Haidar juga tak luput dari perhatian hadirin. Meski tidak mengantongi suara signifikan namun muncurlnya nama-nama mereka diantaranya yang mengejutkan munculnya ustak Latief dalam penjaringan suara di babak pertama membawa suasana semakin cair. Ustak Latief yang akrab dengan pakaian jalabiyah lengkap dengan serban terikat di kepalanya adalah salahsatu alumni yang menjadi pentolaan jamaah tablig asia tenggara saat ini

Dalam acara tadi malam sejumlah penasihat terlihat batang hidungnya seperti Pak Saruji Erfan, Talaat Imam, Faishal Haidar, Huda dan H. Latief. Dalam acara yang berlangsung lama itu juga diisi diskusi selama satu jam lebih dengan pembicara Ria Fajariyah dan dipandu oleh Falahuddin Qudsi. Namun saya kurang begitu mengikuti acara diskusi, karena kedatangan saya ke IKBAL setelah magrib sementara acara diskusinya berlangsung sejak sore setelah ashar

Yang membuat saya tertegun pada malam itu adalah pembacaan surat berjanji. Ini tentu mengingatkan saya pada sebuah tradisi tetap di Indonesia terutama organisasi di bawah bendera Nahdhatul Ulama.  Tradisi yang biasanya dilaksanakan pada malam Jum’at di pesantren al-amien itu tadi malam menggema di sekretariatan walau terlihat hampir sebagian dari jamaah sudah banyak yang lupa, sehingga jumlah suara berbanding berbalik dengan jumlah jamaah yang hadir malam tadi

Sehabis selesaai kegiatan formal seperti biasa hadirin di jamu makan malam dan obrolan santai bersama kawan-kawan di sekretariatan, seperti biasa saya menikmati sebatang rokok sebagai tambahan pemanis lidah. Menurut para pakar pecandu rokok, menghisap rokok sehabis makan nikmatnya tiada tara. Nah kebiasaaan ini sudah saya lakukan sejak lama baik di rumah Damerdas hingga pada acara-acara tertentu. Seperti yang saya lakukan tadi malam, karena acaranya dihadiri oleh Ust Latief yang terkenal islami dan tentu saja anti rokok, akhirnya hisapan rokok saya yang tinggal secuail itu diminta beliau, alasannya sederhana ingin mencoba merokok. Tapi apa yang terjadi rokok saya malah dibuang, sebagai imbalan saya mendapatkan uang pengganti dari beliau sebesar satu pound

Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke rumah Masykur sekaligus memberikan photo-photo hasil ziarah hari Kamis kemarin ke Jih Cholid. Sehabis itu karena kelaparan akhirnya saya dan Masykur pergi ke rumah makan Ampera memesan gaging merah pedas serta Soya sebagai minumannya. Dari tempat itu saya dan Masykur meluncur ke Yusuf Abbas menuju rumah Abdurrahman Rochimi. Karena sudah larut malam mencari mobil atau mini bus jurusan Yusuf Abbas sulitnya minta ampun terpaksa boss Masykur langsung menyetop taxi

Di rumahnya pak Durrahman Rochimi saya disambut oleh Azhar Amrullah Hafidz, pak Dur sendiri malam itu sedang pamitan ke bapak-bapak penasihat jadi tidak berada di rumah. Hingga pukul setengah dua belas beliau baru muncul dari peredaran

Setelah ngobrol lama termasuk mendapatkan ilmu semacam yoga atau kontemplasi dari kawan-kawan Abdurrahman Rochimi, dilanjutkan dengan makan kawarek atau Kekel segudang ember besar. Bikin perut ini semakin terbebani oleh lemak. Tapi enak tenan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top