Pengamanan ketat di jalan menuju arah puncak Sinai mengingatkan saya pada salah satu kawan yang terkena razia dua tahun lalu. Saat itu rombongan dalam bus panik satu sama lain. Ditengah sebagian orang sedang tidur nyenyak dalam perjalanan, tiba-tiba terdengar suara agar mempersiapkan passport atau tanda pengenal lainnya Karena akan ada pemeriksaan. Awalnya saya anggap itu biasa, pemeriksaan sepertinya hanya formalitas saja. Kewajiban seorang polisi pos jaga terhadap bus yang melintas. Saya juga berkeyakinan jikalau benar-benar salah semisal ketahuan belum memperpanjang visa, paling banter mungkin aparat keamanan hanya bilang “jangan diulangi lagi” melihat posisi kita seorang pelajar

Waktu itu tidak. Dengan ganasnya seorang polisi masuk dalam bus dan memeriksa satu persatu kawan-kawan yang kebanyakan masih terbaring lemas habis bangun tidur. Kepanikan berlanjut ketika seorang rombongan diintrograsi suruh keluar bus karena kedapatan pasportnya sudah kadawarsa. Di tempat posko polisi tersebut nampaknya terjadi perdebatan alot antara panitia dan aparat kepolisian hingga supir bus rombongan berusaha membantu menyelesaikan masalah supaya kawan itu bisa lepas bebas. Karena belum menemukan titik temu akhirnya panitia mengambil jalan pintas dengan memberi pesangon ke aparat kepolisian. Solusi ini sangat jitu

berjalan menuju puncak

Namun hari Jum’at kemarin (10/7) aparat kepolisian tak seganas dua tahun lalu. Pengamanan ketat masih berlapis-lapis, tapi tidak menimbulkan kepanikan berarti. Hanya blusukan di depan (samping supir) saja dan menanyakan apakah semuanya memiliki passport? Dengan seksama kawan-kawsan mengangkat tangan sembari memegang passport masing-masing. Jika ditelisik lebih jauh sebenarnya ada beberapa kawan juga malam itu yang memiliki nasib sama dengan kawan dua tahun lalu. Mereka panik karena tak punya visa, untung kepanikannya hanya sesaat karena polisi lemah lembut

Sepanjang perjalanan saya menemukan aura perbedaan jika dibandingkan dengan dua tahun lalu. Pengamanan berlapis-lapis masih ada, polisi lengkap dengan senjatanya nampak bersiaga di pos-pos jalan. Tapi sepanjang pengamatan saya, pemeriksaan hanya melibatkan komunikasi antara aparat keamanan dengan supir bus, sementara rombongan hanya sekali diintrograsi polisi untuk menunjukkan passport

berpose ditengah puncak sinai dini hari

Pengamanan yang biasa-biasa saja tentunya sangat mengejutkan. Mengingat akhir tahun lalu Sinai menjadi komediti liputan media konflik Palestina dan Israel yang konon ditengarahi sebagai lokasi pemasuk senjata tentara Hamas di Gaza. Sinai juga bisa dibilang daerah rawan yang diberlakukan siaga satu. Di tempat itu pula Israel pernah berusaha merebut kawasan Sinai dari Mesir. Usaha mereka mampu digagalkan Mesir yang terkenal memiliki kekuatan militer tangguh di Timur Tengah

Hingga kini Sinai masih banyak dihuni oleh kaum Yahudi. Mereka adalah imigranan Israel yang mengingnkan kehidupan damai. Pemerintahan Mesir (setelah mengakhiri konflik dengan Israel dan mengadakan MoU antara ke dua belah pihak) konon telah memberikan sedikit kebebasan bagi bangsa Yahudi untuk berkunjung ke Sinai

5 thoughts on “Sinai (3)

  1. segera bung kadar, pumpung anda sekarang menjabat bos fosgama 😀 falah tadi malam ke rumah tanggal 18 katanya 😀

  2. "Jika ditelisik lebih jauh sebenarnya ada beberapa kawan juga malam itu yang memiliki nasib sama dengan kawan dua tahun lalu. Mereka panik karena tak punya visa, untung kepanikannya hanya sesaat karena polisi lemah lembut
    "

    ati-2 pak.. polisi sini berpotensi memiliki sifat mahligai air –> diem2 menghanyutkan … (mengahyutkan di sini banyak arti pak: bisa jadi diem-2 dia khufad al-qur'an , ato sebaliknya : diem-2 tapi ganas)
    jadi sikap kita ke mereka ya biasa-2 aja, karena satu sisi mereka bisa jadi musa, di sisi lain bisa jadi fir'un –> hitam-putih elmasry..

    ayoo gus!! tulis lebih banyak lagi. fans anda menanti di sini 🙂

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top