Keluarga saya biasanya silaturahmi ke situ pada minggu pertama hari raya, kemarin agak mundur dari tahun-tahun lalu. Kendala pertama, kesibukan masing-masing diantara keluarga kami, mencocokan jadwal bersama sulitnya luar biasa. Satu bisa yang lain terkendala janjian maupun agenda lainnya, sehingga sulit mengatur kebersamaan dan akhirnya molor berminggu-minggu. Untung liburan sedikit membuka ruang bernafas lega untuk mensiasati kembali jadwal yang sudah ditunggu oleh Kang Huri selaku tuan rumah. Berapa kali dia menanyakan kapan kesediaannya hadir ke rumahnya.
Kedua, biasanya pada hari ke empat idul fitri seluruh keluarga bani Khozin menyempatkan diri silaturahmi ke mbah Siti. Embah Siti ini adalah orang yang dulu ngemong putra putrinya mbah sewaktu pertama kali berjuang di Banyuwangi. Sesuai amanat agar selalu menjaga silaturahmi dengan beliau. Dan tahun ini beliau sudah meninggal dunia di usia yang sepuh sekali, perkiraan meninggalnya pada usia seratus sepuluh ke atas. Karena sudah meninggal silaturim ke rumahnya kang Huri juga kena dampaknya terolor-olor dengan kesibukan masing-masing. Lalu apa hubunganya? Iya biasanya sekali jalan pastinya jujukan selanjutnya ke rumah kang Huri yang notabene bukan siapa-siapa atau bukan keluarga kami, tapi dianggap bagian keluarga kami karena kang Huri ini dulu waktu nyantri di sini ikut ngabdi ndalem bersama adik-adiknya sambung menyambung, sehingga keakraban itu terjaga sampai saat ini.