Siapa yang tidak ingin memiliki sesuatu sempurna. Siapa yang menolak jika dapat sesuatu yang menggembirakan? Setiap orang pasti ingin sempurna bahkan sesempurnanya nabi kita yang sudah maksum atau seputihnya malaikat yang tak memiliki dosa. Tapi apa daya manusia hanyalah ciptaan tuhan, manusia adalah mahluq yang ketergantungan satu sama lain.

Manusia, kita tidak akan menjadi apa-apa kalau bukan karena ada perantara. Karena ada tuhan, orang tua dan orang lain. Yah manusia butuh kesempurnaan tapi kesempurnaan itu terbatas kawan. Sebatas umur kita yang hidup tak selamanya.

Tuhan tentu tak mengajari kita untuk menjadi sempurna, bahkan tuhan telah bersumpah bahwa kita sebenarnya hidup dalam keadaan merugi. Hanya orang yang beriman, beramal sholeh dan saling menasihati dalam kebaikan dan kebatilan yang terhindar dari kerugian. Bukan orang yang sempurna yang dijanjikan surga oleh tuhan. Karena tuhan sadar manusia sulit untuk menuju kepada kesempurnaan.

Namun jika kita, anda saat ini merasa menjadi manusia sempurna atas nikmat allah, maka bersyukurlah, itu saya rasa bentuk tanggung jawab moral pada tuhan.

Hidup sempurna bukanlah pilihan, tapi itu karena anda terpilih saja untuk menjadi manusia paling sempurna atau paling tidak mendekati kesempurnaan. Tapi bukan berarti kita bukan manusia pilihan jika kita tidak sempurna, hanya kurang keberuntungan saja. Tapi tuhan juga sudah mengajari kita untuk tawakal dan bersabar.

Apa susahnya untuk bersabar? Saya rasa ini medan paling berat bagi manusia yang memiliki tingkatan hawa nafsu bergelombang.  “sabar itu ada batasnya” demikian kawan saya mengartikulasikan sabar secara bebas.

Iya berbicara manusia tentu gak akan lepas dari keterbatasan. Demikian pula dengan soal sabar. Maka secara manual sifat sabar manusia tergantung cara pola pandang mereka menyikapi. Bagaimana mereka meneropong sabar. Apakah dengan teori hukum alam atau menggunakan metodologi keagamaan?

Saya kira teori agak sedikit manja ini dimana kesabaran bisa dikondisikan sesuai realita kehidupan bertolak belakang dengan nilai perjuangan hidup. Kontras dengan ajaran nabi yang selalu menekankan nilai kesabaran secara utuh tanpa syarat. Maka bagi saya kesabaran ada batasnya adalah kesabaran semu yang gak bernilai.

Sementara kesabaran yang hakiki adalah kesabaran yang tanpa batas dan gak bersyarat. Ia murni karena lillahi ta’ala, karena ingin mendapatkan ridhonya. Inilah yang dinamakan keikhlasan dalam bersabar.

Nilai inilah yang harus saya perjuangan bersama-sama, apapun kondisi dan keadaan sekarang, jika sudah waktunya mendapatkan sesuatu ataupun cobaan dari tuhan, maka sabar dan tawakkal adalah bentengnya.

Mudah-mudahan biss istiqomah, sabar yang penuh dengan keihlasan. Amien.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top