Seorang kawan pegiat blog curhat tentang animo warga dunia maya saat ini. Di tengah panasnya udara kota dan dan kemacetan angkutan yang tak tertata, ia datang dan bercerita dengan logat jawa. “Blog sekarang sepi ya Aa..!” Keluhnya
“Sepi gimana Men saya kok gak paham maksudmu itu” Sanggah saya. Sembari minum air Aqua ia kembali mengobral kata. “Mereka sudah ganti haluan ke Facebook Aa, kalau Friendster dulu sih gak terlalu, tapi Facebook kok bisa berpengaruh sekali ya, ampe dijadiin istri ke dua. Ini sangat mengkuatirkan Aa” Cerocos Paimen yang mengaku mengenal Facebook sebelum warga Indonesia digemparkan oleh jejaring pertemanan itu
“Mungkin teman–teman Paimen males belajar saja. Atau mereka sedang belajar nulis dan kebingungan bagamana menulis” Kata saya
Paimen hanya tersenyum kecut. Seolah tak terima teman-teman di blognya dianggap anak-anak baru belajar nulis. Di blognya memang tak semuanya yang ia link penulis amatiran. Ada beberapa penulis handal idolanya ia link seperti Andreas Harsono, Pepih Nugraha serta Radityadika. Maklum meski mantan tukang ngaret sapi, tapi cita-citanya setinggi angkasa. Ia ingin menaklukkan dunia lewat tinta (menulis)
Apalagi zaman sekarang ini, dimana setiap orang mampu menulis berita, opini atau apapun bentunya secara update lewat fasilitas blog gratisan tanpa harus menjadi wartawan dulu. Informasi sekarang bukan lagi dimonopoli media massa maupun elektronik yang sudah mapan, tapi milik kita semua, milik warga yang terkenal lewat citizen journalism (jurnalis warga)
Masih ingat dengan kejadian bom di Mumbai India? Atau peristiwa pengeboman di kawasan Husain beberapa bulan lalu? Paimen mengaku menjadi saksi bisu atas peristiwa pilu di samping masjid Husain itu . Walau ia hanya terlibat aktif menulis di blog, namun nama Paimen terdaftar di berbagai jejaring sosial seperti Twitter, Facebook, Friendster, Digg dll.
Paimen menuturkan sebelum kejadian pengeboman, seorang kawan di Twitter (entah kawan yang menjadi anggota di twitter itu seorang intelejen atau bukan) telah melaporkan akan terjadi teror dan peledakan di kawasan Husain, warga diharap waspada. Belum ada sehari kabar angin-anginan itu akhirnya pengeboman benar-benar terjadi. Belasan orang luka-luka, Mesir akhirnya berduka
Dan masih banyak lagi yang terekam dan akhirnya menjadi berita arus utama media hasil olahan jurnalis warga. Termasuk belakangan ini konflik Iran pasca pemilihan presiden, warga setempat melaporkan kasus demi kasus secara update lewat fasilitas blog, Twitter, Facebook maupun Youtube
Jurnalis Warga (citizen journalism) sekarang memang sedang naik daun. Di tengah perkembangan tekhnologi semakin akut. Tak seorang pun bisa membendung ribuan arus informasi tanpa saringan. Biarlah masyarakat dan pembaca yang menyaringnya. Disinilah kelebihan seorang jurnalis warga. Karena kelebihan itu, baru-baru ini citizen journalism memiliki badan hukum yang memberikan hak perlindungan kepada blogger (penulis)
Setelah mendengarkan ceramah “singkat” jurnalistik dari Pamien, akhirnya saya jadi geleng-geleng kepala. Paimen mantan pengembala Sapi itu ternyata punya bakat luar biasa. Tak sia-saia berarti usaha dia selama setahun ini menggeluti dunia jurnalis dan rajin menulis di blog pribadi
Kendati demikian ia masih menyisakan rasa galau luar biasa terhadap animo masyarakat dunia maya sekarang ini. Menurutnya masyarakat sekarang sudah berpindah selera dari ngeblog ke situs pertemanan. Anehnya social networking macam Facebook telah beralih sasaran sebagaimana tujuan awal Mark Zuckenberg menciptkan Facebook tahun 2004
“kawan saya Mark Zuckenberg khan dulunya…!” Sebelum melanjutkan berbachnya lagi saya buru-buru memotongnya. “Sek-sek-sek, kamu kenal Zuckenberg dimana?” tanya saya. Sambil cengas-cengingisan Paimen menjawab dengan enteng “Kenal di Facebook”. Duh Men-men wajah ngaritmu kok nampak lagi
Sembari bersila ia melanjutkan kata yang saya potong. Kali ini ia sedikit serius. ” Zuckenberg menciptakan Facebook tahun 2004 lalu untuk sharing ide, berbagi pengengetahuan pelajaran antar teman-teman kuliahnya di Harvard”
“Terus apa hubungannya dengan pengguna Facebook Men, kok kamu sewot?” kata saya. “Bukan sewot Aa, tapi ya mbok terima kasih dikit gitu. Setidaknya dimanfaatin dengan baik. FB khan layanan gratis. Pumpung gratis manfaatkan sebaik-baiknya, masak kerjaannya cuman nyari TKW Hongkong sebanyak-banyak” Jawaban Paimen yang kali ini sedikit nglawak
Eksklusive di Blog Paimen
Paimen memang benar-benar blogger sejati. Dari pantauan saya hampir setiap hari ia menulis di blog. Yang bikin saya geleng-geleng kepala lagi, ia sempat membuat ulasan berseri-seri pasca kematian Michael Jackson di blognya
Saya heran, Paimen tiba-tiba kok merasa kehilangan sampai bikin ulasan panjang dan ber part-part gitu. Dilihat dari keturunannya (kulit hitam) bukan, saudara juga bukan. Dia gak kenal Paimen. Dan Paimen juga gak kenal dia. “Tiba-tiba kamu kok merasa kehilangan gitu Men” Tanya saya
Paimen yang masih galau atas sepinya ngeblog. Ia menimpali dengan wajah sendu, seolah memang benar-benar kehilangan saudaranya. ” Michael Jackson adalah pujannku sepanjang hidup. Terlepas segala kontroversi dia atas kasus sodomi, dililit utang dsb, yang jelas dia pujanku di atas pacarku”
Suasana semakin hening. Saya harus menghentikan obrolan soal dia sebelum linangan air mata membasahi hidung peseknya. Kematian Michael Jackson telah menghebohkan dunia. Jutaan media arus utama mengkatnya sebagai topik utama, mengalahkan berita kekrisuhan di Iran
Namun bagi Paimen sendiri selain idola sejati tentunya, membuat cerita berseri-seri di blognya bukan ia merasa kehilangan salah satu dari perangkat tubuhnya. Tapi kebih dari itu, ia ingin belajar nulis. Ia ingin mengabdikan diri ke masyarakat lewat citizen journalism