Hari Ahad kemarin saya dapat sms dari Ibnu isinya ajakan ngobrol di kafe depan Al-Azhar. Spontal saya mengamini ajakan dia. Hanya saja tepatnya jam berapa obrolan dimulai tidak disertakan dalam sms, cuman pesannya jika ke kuliah nanti kita ngobrol bersama dengan kawan-kawan yang selama ini sudah familiar dan tak asing di mata kita. Okelah akan saya tepati insya Allah meski saya sedikit terlambat

Saya sudah dua kali berada di Kafe itu, pertama ajakan  Nadhief awal bulan kemarin dan kedua bersama Ibnu dkk. Saya baru tahu jika di depan pintu gerbang Al-Azhar ada kafe bagus tak seperti kafe-kafe yang selama ini saya datangi. Memang diluar nampak seperti bangunan kuno, atau layaknya bangunan2 pada umumnya. Namun jika masuk dan duduk dilantai dua suasana berubah terasa berada di alam surga atau paling tidak saya menikmati bangun2 kafe klasik dengan ukiran jendela yang mempesona

Kafe atau Maqha bagi penduduk pribumi bukan hanya sebagai tempat untuk mengumbar hawa nafsu atau bersenang2. Keberadaan kafe di Mesir sendiri memiliki sejarah yang unik. Ulama2 termuka maupun sastrawan2 terkenal sekaliber Najib Mahfouz yang pernah meraih nobel sering mendapatkan inspirasi saat berada di Kafe. Maka kafe-kafe disini bak jamur dimana-mana Apalagi ditemani oleh Shey (teh) dan Syisya terasa nikmat. Dua benda ini yang selalu saya pesan ketika berada di kafe karena harganya masih terjangkau oleh kantong mahasiswa.

Seperti yang terjadi hari Ahad kemarin di kafe depan Al-Azhar. Di sana sudah ada BayDowi, Mumu, Bombom dkk. Saya datang terlambat jadi tidak tahu awal pembicaraan. Tiba-tiba tertawa kecakakan seperti ada yang lucu, ternyata benar topiknya sangat riskan untuk dibicarakan dihadapan khayalak ramai. Ini menyangkut persoalan psikologi dalam rumah tangga. Pembicaranya pun tidak tanggung2  dicari yang sudah berpengalaman di lapangan. Jadi apa yang diceritakannnya tentu saja merupakan pengalaman pribadi selama ini.

Sehabis tertawa dan hening mendengar penuturan Bay yang begitu meneganggkan,  akhirnya topik beralih dari seksiologi menuju peradaban dunia :D. karena Bay sendiri pulang lebih awal, coba jika masih bersama barangkali hingga pulang temanya akan semakin menjurus dan dahsyat soal itu

Dari obrolan serius ini  si Ibn memberi wejangan bahwa kita harus menguasai peradaban Islam dalam hal ini Timur Tengah dan masih banyak cerita lain  dll

Sayang saya masih sibuk sekarang, kapan2 kita sambung lagi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top