Selang tiga bulan ke datangan saya ke tanah kelahiran, situasi politik di Kairo semakin memanas. Rumor bakal terjadi caos di ranah Kairo jelang pemilu 2011 sebetulnya sudah lama terdengar. Terlebih ketika ada isu Hosni Mubarak berencana ingin menyerahkan tonggak istafeta kepemimpinan Mesir ke putraya Gamal Mubarak.
Sejak tahun 2010, demokrasi di Kairo mulai nampak beringas dan berani. Aktivis demokrasi sudah blak-blakan mengkritik kebijakan presiden Mubarak yang terkenal otoriter itu melalui media blog dan dalam bentuk beberapa karangan buku. Bahkan tahun 2010 aktivis blogger yang juga pegiat demokrasi telah berhasil membuat surat kabar/tabloid anti pemerintahan yang terbit sekali dalam sepekan.
Aktivis blogger dan demokrasi untuk Mesir yang selalu saya ikuti adalah Zeinobia. Saya tidak tahu apakah pemiliki blogger ini perempuan atau laki-laki. Dari beberapa postingannya dia hanya menuturkan sebagai wartawan senior pada harian besar nasional Mesir. Zeinobia dalam setiap postingannya selalu menekankan pentingnya demokrasi dan kebebasan di Mesir yang selama dalam rentang waktu nyaris 30 tahun terbelenggu oleh kediktatoran penguasa rezim Mubarak.
Ada hal unik setiap kali saya berkunjung ke blognya dia, selalu terupdate, yang tentu saja lebih didominasi oleh tulisan kritikan pedas kepada pemerintahan Hosni Mubarak. Termasuk kala El-Baradei melakukan safari ke masjid-masjid dalam rangka untuk mendapatkan dukungan menuju kursi nomer wahid se-Mesir, Zeinobia selalu menuliskan secara panjangan lebar beserta gallerinya.
Aksi protes sejuta umat di Tahrir bulan lalu yang sukses menumbangkan rezim Mubarak, barangkali juga tak luput dari andilnya Zeinobia. Dari beberapa postingan-postingan twitternya yang kebetulan saya follow, selalu menyeru dan mengajak rakyat jelata, generasi muda untuk turun ke jalan menumbangkan Mubarak.
Aksi ini berhasil, walau ratusan orang gugur bentrok dengan aparat keamanan, namun cita-cita lama yang sudah diidam-idamkan rakyat jelata supaya Mubarak turun ke prabon akhirnya berhasil.
Situasi politik yang kacau balau ini berimbas pada harga bahan pokok makanan yang kian tak bersahabat, terutama bagi mahasiswa asing yang serba dilimatis –harga kebutuhan pokok naik, sementara beasiswa maupun bank/atm tutup-. Menurut Huda yang kemarin ngobrol bersama LAROS KAIRO di rumahnya mas As’ad Muncar bahwa semua barang mengalami kenaikan. Rokok Cleopatra satu bungkus menjadi 7.5 pound, satu telor 2.50 pound. Belum lagi antri yang menyepur karena terbatasnya stok dan waktu (selama kisruh mesir memberlakukan jam malam mulai sore).
Sejak itu kawan-kawan banyak dievakuasi termasuk saudara Huda, Hafidz Muzadi, Bisri Ikhwan, Oyik, Hani, yang berasal dari Banyuwangi. Kawan-kawan itu kemarin (selasa/15/03) ngobrol bareng di rumahnya cak As’ad di Muncar yang saat ini mengelola pesantren Al-Azhar. Banyak cerita suka-duka kawan-kawan seputar kisruh politik di Kairo waktu lalu. Tapi bagaimanapun juga ada hal yang barangkali menguntungkan bagi kawan-kawan, yaitu bisa berlibur bagi yang belum selesai studinya, maupun bisa pulang seterusnya bagi mereka yang sudah selesai studinya, seperti Huda, Hani itu.