Nostalgia (Jember)

Orangnya kalem, jalannya tegak dan sedikit miring 45 derajat. Kalau bicara matanya menjadi sipit. Pakaiannya gak begitu rapi-rapi amat, kecuali memang dalam keadaan darurat, seperti acara resmi atau acara ketemu sang do’i. Tertawanya pun seperti pada umumnya manusia tertawa, lebar 90 cm.  Barangkali begitu gaya khas Ali Ibnu Anwar, seorang sahabat saya yang “sejak lahir” mengkalim dirinya berjiwa seni.

Ali Ibnu Anwar saat ini barangkali namanya mulai diperhitungkan dipentas sastrawan muda Indonesia, terlebih sejak bergabung dengan para sastrawan tersohor macam Jamal D Rahman, Taufiq Ismail dkk. Keterlibatannya dalam dunia sastra memang sudah nampak ketika dia mengenyam pendidikan di pesantren dulu. Bersama saya dalam membangun kajian, ketrengginasan Ali dalam menyusun kata-kata berbau sastra begitu menggeliat.

karya Ali Ibnu Anwar
karya Ali Ibnu Anwar

Kini di saat dia sudah menemkan komunitas pecinta seni di Jakarta, sepertinya dia sedang berjalan membangun karir menggapai mimpi. Toh idialiasme seseorang yang berjiwa ambisius dalam meniti karir –yang kadang melupakan kehidupan berumah tangga- tak melunturkan Ali mengikuti sunnah rosul.

Tanggal 19 Maret lalu, adalah hari kesempurnaan bagi dia. Bertempat di Jenggawa, Jember yang merupakan tanah kelahirannya, dia melangsungkan resepsi pernihan dengan mempersunting seorang gadis idaman sepanjang masa asal satu rumpun daerah Jember.

Di acara resepsi yang dilangsungkan sore itu, saya hadir dan ketemu kawan, sahabat lama yang rata-rata adik kelas di pesantren dulu dan diantaranya kawan-kawan perjuangan di kajian. Ada Halim, Khuza’I, Idris, dkk. Nyaris 7 tahun lebih saya tak berkomunikasi dengan mereka dan baru ketemu saat resepsi di rumah Ali.

Tiga bulan lalu memang Ali sempat melakukan chating dengan saya, bahwa bulan Maret akan melangsungkan pernikahan. Saya diharap hadir sebagai ajang reoni kajian (kwq) sekaligus membahas pembuatan buku yang sempat terpasung beberapa tahun. Tapi sayang acara resepsi kemarin tak satu pun membahas soal itu, karena kalah gaung dengan pesta perkawinan dan suasan temu kangen.

Tapi bagaimanapun juga, Ali saat ini bukan lagi Ali empat bulan lalu yang masih jomblo. Ali sekarang adalah Ali yang sudah gak perawan dengan segudang amunisi yang tersembunyi bagi istri yang dicintai. Selamat dan semoga langgeng.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top