Banyak orang kemarin, hari ini, mengucapkan selamat buat Polri atas kehebatan Densus 88 menembak mati gembong teroris nomer wahid Noordin M Top. Banyak pula yang masih meragukan apakah benar mayat itu jasat Noordin, orang yang paling dicari di Asia Tenggara ini? Keraguan itu beralasan. Kasus bulan lalu menjadi pelajaran bahwa penggebrekan semestinya disertai tujuan jelas supaya media liputan tidak ragu lagi melaporkan kejadian tersebut ke pembaca. Demikian pula agar tidak dikatakan sebagai berita bualan alias berita isu
Kita tidak menafikkan, tes DNA itu benar adanya jasat Noordin. Kita juga bertanya-tanya; mengapa kasus demi kasus diungkap setelah kejadian? Kalau masalah itu tanyalah ke Polri. Namun yang jelas dua penggebrekan yang dilakukan Densus 88 itu laksana pembantaian yang nampaknya bermula tanpa memiliki tujuan jelas, meski pada akhirnya diikuti oleh polemik yang berbeda. Ibarat film, seperti cerita yang tak berjudul sehingga penontonlah pembuat kesimpulan dari film tersebut kalau judulnya seperti ini, itu
Maka jangan menyalahkan kalau masyarakat dalam hal ini media ber opini macam-macam. Seperti pada penggebrekan bulan lalu. Hampir dipastikan seluruh media baik dalam maupun luar negeri menyoroti “kemungkinan” Noordin M Top tewas. Dengan kata “mungkin” opini publik akhirnya terbelah antara percaya dan tidak. Antara bukan dan iya. Sementara pihak yang terkait hanya mengumbar senyum sambil memberi janji “nantilah”
Kasus sekarang juga sama. Penggebrekan di Solo tak punya agenda yang jelas. Tahu-tahu kita disuguhi seperti “permainan” tembak-tembakan antara polisi dengan pihak tak jelas. Toh pada akhirnya pihak terkait buka mulut jika yang mereka tembak “ternyata” Noordin M Top
Saya masih menyesal mengapa Densus 88 seolah menggunakan kata ternyata? Nampaknya penembakan di Solo itu Noordin M Top bukanlah sasaran utama. Seperti dalam berita media, mereka sebenarnya hanya ingin menangkap gembong teroris peledakan hotel Marriot. Dengan menyebut Noordin telah tewas sampai lewat DNA segala, kemungkinan besar dapat menghilangkan jejak berita ketegangan antara Polri dan KPK, mengingat nama besa Noordin M Top sebagai biang keladi sejumlah aksi teroris di Indonesia. Terlepas kebetulan Noordin berada di tempat itu
Sikap Media Internasional
Al-jazeera (english) nampaknya biasa saja menanggapi tewasnya Noordin M Top. Demikian juga CNN. Dari pantauan saya setelah mengetahui berita kematian teroris itu melalui media-media Online Indonesia, CNN hanya sekali mewancarai Dino Patti Djalal (jubir internasional sby). Apalagi Al-Jazeera Internasional kurang begitu bergairah lagi. Televisi asal kata Qatar tersebut hanya beberapa kali melakukan dialog dengan koresponden Al-Jazeera Indonesia Step Vaessen. Malah mereka lebih tertarik menyiarkan acaranya presiden AS secara eksklusive
Berbeda dengan liputan penggebrekan teroris di Jawa Tengah bulan lalu. Al-jazeera secara khusus menyiarkan liputan eksklusive dengan kasus yang sama “Noordin M Top kemungkinan telah tewas”. Peristiwa waktu itu juga membuat CNN ikut melakukan serangkaian liputan yang saya lihat mengambil dari tvOne dan Metro TV secara terus menerus
Kegagalan dan kesalahan atas isu tewasnya Noordin M Top waktu itu barangkali membuat sejumlah stasiun teve ogah kembali mengembar-gemborkan kematian Noordin M Top. Kuatir beritanya akan salah lagi. Kalau sudah demikian tentu saja ini berkaitan dengan kredibelitas media bersangkutan alias mengurangi kepercayaan pembaca/pemirsa
Oleh karenanya saya melihat berita tentang tewasnya Noordin M Top kali ini yang menurut pihak Polri telah dipastikan (melalu DNA) tak membuat stasiun tersebut terlibat aktif seperti bulan lalu. CNN kemarin cuman sebentar mewancarai Dino Patti Djalal (salah satu jubir presiden sby). Al-Jazeera Internasional malah menyiarkan siaran eksklusif di Amerika. Apalagi Al-Jazeera Arab, jangan mengharap liputannya ada setiap waktu
Lalu bagaimana dengan Koran? Saya mencoba setelah sholat shubuh mencari koran Al-Ahram, nampaknya sama saja. Headlinenya seperti biasa gambar besar presiden Hosni Mubarak.Saya dak jadi beli. Uang yang saya bawa ternyata gak cukup. Saya baru sadar kalau hari libur itu (jum’at) koran Ahram ada rubrik khusus tentang otomotif, jadi harganya tambah setengah pound dari hari-hari biasa yang cuman satu pound. Jadilah saya beli koran lokal Misr Alyoum. Beritanya lebih menarik “ada kemungkinan haji tahun ini ditiadakan..!” pasti ini faktor flu babi
Kalau benar Noordin tewas, ini sebuah langkah yang bagus dari Polri. Meskipun menurut saya DNA bukanlah satu-satunya alat bukti shahih. Ada beberapa bukti lain yang harus dibuktikan di depan masyarakat bahwa gembong teroris itu telah tiada setidaknya aksi pengeboman sudah menghilang dari peredaran. Kalau masih ada bom sana-sini itu berarti aksi Noordin masih hidup, terlepas dari idiologi dia, pengikut maupun memang benar-benar orangnya masih hidup
Di saat yang sama, ada kekuatiran lain dari penggrebekan kemarin, Nampaknya Polri ingin mengalihkan isu ketegangan dengan KPK yang belakangan memanas. Dengan isu besar disertai data valid melalui DNA bahwa Noordin telah tewas bisa jadi Polri ingin mengarahkan kepersoalan lain. Tapi semoga saja tidak benar