Namanya Ahmad. Ia pelajar di universitas Ain Syam. Orangnya pendek. Rambuknya sedikit kriting sebagaimana tipe rambut kebanyakan orang sini. Di sebuah malam yang remang-remang. Pada perjalanan pulang ke Damerdasy dari Suq Komputer Roxi lewat jalur kereta, saya berbincang-bincang sama dia. Diawali dengan basa-basi/kenalan. Ahmad menyodorkan asal, sekolah dan tinggal di mana. Awalnya saya cuaekin. Basa-basi seperti ini sudah lumrah di sini. Tidak pedagang, pelajar maupun orang tua kadang bermain-main sama orang non pribumi
Dalam bahasa umunya orang pribumi seperti ini “What’s your name” Dengan “r” diperjelas sejelas-jelasnya. Atau kalau anda simak di Melodi Tunes, televisi musik barat sepanjang hari, kadang ditemukan ungkapan seperti ini “All English” Dibaca televisi tersebut dengan “Oll englesh”. Saya pasti tertawa kalau kebetulan pas mendengar Melodi Tunes itu. Masak televisi sebesar gitu ejaannya masih –nyaris- ke mesirannya nampak. Lalu apa hubungannya dengan Ahmad? Di sini saya menemukan Ahmad bukanlan orang biasa. Bukan penyapaan pedagang kaki lima yang salah kaprah melafatkannya. Bahasanya sangat baik. English/Arab semua serba fushah dan dapat saya pahami dengan baik. Itu menunjukkan dia adalah akademisi ulung
- saya bersama takmir masjid di kawasan babul futuh saat jelajah juli lalu
“Kamu ingin pakai bahasa apa? English atau Arab?” Tanya remaja yang masih berumur 21 tahun itu. Saya hanya tersenyum melihat keabraan dia. Karena jawaban saya menggunakan bahasa Arab sehingga dia dalam berbincang-bincang –sepanjang perjalanan saya menuju Damerdas- memakai bahasa Arab fushah. Saya tak menyana dia sangat mafhum tentang Indonesia. Dari kasus Irian Jaya yang tak kunjung usai, peristiwa pembantaian Ambon, Sampit hingga Timor Timur yang memisahkan diri dari Indonesia
“Ahmad. Kamu muslim atau bukan?” gurau saya. Lalu dia jelaskan kalau sudah nama Ahmad pasti Muslim dunk. Ahmad itu likob -sebutan- nama Nabi. Ada Ahmad, Hamada, Mahmud, Hamid. Semua itu pasti muslim. Di memberi tahu juga kalau selain itu semisal Manuel, Maikal menurutnya masih kemungkinan. Antara muslim dan bukan
“Saya di Ain Syam (S1) mengambil jurusan hubungan internasional dan sangat menyukai keaneka ragaman Indonesia” Katanya. Pada kasus Ambon dan berpisahnya Timor Timur dari Indonesia, Ahmad memiliki pengetahuan sangat dalam soal itu. Peristiwa Ambon yang melibatkan dua agama bertikai, Ahmad punya film dukumenter tentang Ambon. Sebagai warga muslim dia sangat miris melihat saudara warga muslim dibantai oleh agama lain. lantas ia bertanya pada saya. Mengapa muslim Indonesia gak mau membantu? Bukankah Indonesia mayoritas warganya beragama Islam? Persoalannya bukan itu kata saya. itu bukan konflik seperti di Afganistan tahun 60-an di mana warga muslim sana dibantai orang komunis Uni Soviet
Saya bisa jelaskan bahwa kasus Ambon mirip kasus Palestina dengan Gazanya lawan Israel. Konflik sepanjang masa antara Gaza vc Israel nyatanya juga gak dapat bantuan baik militer maupun akomodasi lain dari negera-negara Islam. Yang ada hanya mengutuk, mengancam membaikot, bukan solusi kongkrit bagaimana Gaza dapat berhenti berperang selamanya. Coba seandainya muslim dunia bersatu padu membantu Gaza pasti Israel akan hancur berkeping-keping. Israel itu negara kecil, bahkan lebih luas Ambon. Mengapa negara-negara muslim dunia juga diam saja?
Ahmad lalu membabarkan kasus Gaza dan Israel. Mengapa konflik itu berkepanjangan? Mengapa sebagian negara-negara muslim diam. Atau mengutuk dan semuanya tidak konkrit. Jawabannya adalah karena antara Gaza dan Israel sama-sama keras/mokong. Palestina tidak semuanya menderita sebagaimana berita dunia. Kaum Fatah misalnya mereka hidup seperti layaknya kita di sini. Hanya warga Gaza yang memilki ideologi keras. Mereka kebanyakan mantan, keterunan aktivis Ikhwanul Muslimien yang diusir dari Mesir di manamemiliki sifat keras dan anti kompromi dengan zionis
Sambil bergurau dia kemudian nyeletuk. “Semua orang Mesir, Palestina, Israel adalah keturunan Bani Israel, jadi memiliki watak keras. Anda tahu bagaiaman perilaku warga sini bukan?”. Dari penjelesan Ahmad saya semakin yakin orang arab diciptakan untuk persiapan perang. Watak-watak keras, keuletan. Sikap orang tua terhadap anak kecilnya yang kasar menunjukkan mereka dilatih untuk perang. Kapan? Wallahu A’lam. Namun prediksi pakar spiritual (azzaim), Arab di akhir zaman akan perang melawan Yahudi dan Nasrani (merujuk surat albaqarah “walantardho ankal yahud”….)
Ahmad kemudian balik lagi menceritakan berpisahnya Timor Timur. Menurutnya sangat tepat Indonesia melepas provinsi jajalah Portugal itu. alasanya supaya penduduk Indonesia tidak terlantarkan. Kemiskinan di mana-mana, kelaparan pada sebuah negara menurutnya disebabkan karena terlalu luas wilayah sebuah negara termasuk Indonesia. Lagian menurutnya Timor-Timur penduduknya mayoritas bukanlah muslim
Saya menilai Ahmad sangat perhatian sama Indonesia. Maklumlah Indonesia adalah penduduk dengan penganut Islam terbesar di dunia. Ke dua; ditilik dari sejarah, Mesir dan Indonesia memiliki ikatan batin. Diawali dengan pengakuan pertama kali atas kemerdekaan Indonesia tahun 1946 hingga dibuatkan sebuah jalan atas nama Soekarno di Mesir. Maka orang Mesir –turost- lebih tahu Seokarno ketimbang Seoharto atau SBY
very interesting info, that's too lucky to find a blog you will allow me to bookmark your blog
Kakakkak. Anda khan intel juga 😀
waw …. gegek … 😀 si ahmad itu ada info2 tentang musa'adah g' gus ? 😀 …