Sejak meninggalnya Syekh Sayyid Tantawi (81) karena penyakit jantung di Saudi Arabia hari Rabu kemarin (10/3), desas-dasus publik tidak berhenti pada siapa yang akan menggantikan almarhum yang memegang posisi relegius tertinggi di dalam Islam Sunni itu. Banyak orang Mesir lupa bahwa Imam besar Al-Azhar sekarang kurang memiliki peran penting dan terhormat seperti dulu
Tentu saja salah satu hal yang membuat grand Al-Azhar kehilangan penghargaan dari Mesir dan dunia Sunni adalah fakta bahwa Syekh ditunjuk oleh rezim, tidak dipilih seperti masa lalu. Sistem baru yang diploklamirkan oleh rezim saat itu Gamal Abdul Nasser dimaksudkan untuk memodernisasi masjid dan universitas serta mempermudah pengontrolan masjid, universitas Al-Azhar yang merupakan organisasi tertinggi dan tertua bagi muslim Sunni di Mesir dan dunia
Nasser mengerti dan tahu betul bagaimana Al-Azhar dapat memainkan peran penting di negeri ini dalam pencarian keadilan dan demokrasi seperti apa yang pernah terjadi ketika syekh didukung Mohammed Ali Pasha di awal abad ke-19 atau sejarah besar mereka terhadap dukungan untuk revolusi tahun 1919. Nasser ingin menggunakan agama sebanyak mungkin dalam melayanani masyarakat dan sistem pemilihan umum adalah terget yang terealisasi
Sejak saat itu grand imam Al-Azhar telah menjadi bagian anggota rezim penguasa. Mengikuti arus pemerintahan yang kadang kebijakannya menimbulkan polimik bagi warga sendiri seperti kasus saat ini penutupan jalur gaza yang merupakan bagian dari penyuplai kebutuhan pokok ke Palestina, termasuk “pembantaian” terhadap jamaah ikhwanul muslimien. Walaupun almarhum Syekh Tantawi pernah memiliki pemikiran brilian berkaitan dengan pembelaan terhadap kaum ekstrimisme (IM). Sayangnya ia tidak didengar atau dipercaya masyarakat (muslim) karena kenyataannya ia dianggap bagian dari rezim penguasa yang sejak dulu anti ekstrimisme –ikhwanul muslimien (im)
Sekarang para kandidat –calon pengisi grand master Al-Azhar telah mewarnai media-media muslim sini. Diantarnya yang marak adalah mencuatnya nama Syekh Ali Goma’a mufti besar Mesir saat ini. Kedua mantan mufti Mesir dan rektor Al-Azhar sekarang Syekh Ahmed El-Tayyib. Lalu siapakan yang bakal menduduki jabatan syekh Al-Azhar mendatang?
Sebagaimana tradisi sebelumnya dalam sejarah grand syekh Al-Azhar adalah orang yang pernah menduduki jabatan sebagai mufti Mesir. Seperti almarhum Syekh Tantawi sebelum menjabat sebagai Syekh Al-Azhar (1996 menggantikan syekh jadul haq) beliau adalah mufti Mesir (1986). Dan nampaknya calon saat ini adalah mereka yang sama-sama pernah menduduki mufti Mesir
Syekh Ahmed El-Tayyib adalah mufti Mesir tahun 2003. Beliau hanya menjabat selama satu tahun sebelum ia akhirnya menjadi rektor Al-Azhar hingga sekarang. Selama menjadi mufti, ia kurang diterima masyakarat Mesir. Alasannya Tayyib pernah belajar ke Prancis dan kurang memahami fiqh secara mendalam
Syekh Ali Goma’a mufti pengganti Syekh Tayyib. Berkat ilmu keagamaan yang luas, Ia menjadi idola baru masyarakat muslim Mesir. Sejak itu ia digadang-gadang masyakarat bakal menjadi grand master Al-Azhar setelah Syekh Tantawi wafat. Namun beberapa media melansir Ali Gom’aa masih tetap ingin mempertahankan posisinya sebagai mufti Mesir
Yang paling unik justru menguatnya Syekh El-Tayyib, daripada Ali Goma’a, karena menurut beberapa pengamat, Tayyib adalah syekh yang memiliki pola pikir umum, tidak cenderung inklusif atau ekstrimisme dan tentu saja mengetahui pola pikir rezim dan ketakutan penguasa terhadapa masa depannya dengan adanya calon kuat Elbaradei, Tayyib diyakini banyak pihak bakal dilantik menjabat sebagai grand master Al-Azhar setelah presiden Mesir Husni Mubarak kembali berobat dari Jerman
Bagaimanapun saat ini masyarakat muslim sunni Mesir dan barangkali juga di dunia, menanti syekh Al-Azhar berikutnya. Masyarakat juga tidak mempertanyakan orang yang akan menjabat grand master Al-Azhar. Karena publik sudah mafhum bahwa Syekh Al-Azhar saat ini merupakan bagian dari penguasa yang pola pemikiran dan kebijakannya sejalan dengan pemerintahan. Termasuk almarhum Syekh Tantawi yang menjadi bagian grand master Al-zhar ke-3 di bahwa rezim Mubarak
Pada akhirnya saya percaya bahwa Al-Azhar tidak akan mengembalikan posisinya di dunia dan tidak akan melayani umat muslim dunia, sampai Mesir dibebaskan dari kediktatoran penguasa