Maidatul Ar-Rahmah (2)

Maidatul Ar-Rahmah yang berarti makan penuh rahmah karena dilakukan (makan) secara bersama merupakan rutinitas warga sini di bulan ramadhan. Dalam tradisi Indonesia di sebut sebagai takjil bersama. Bedanya Takjil biasanya menyajikan menu-menu ringan seperti kurma, kolak, es. Sedangkan Maidatul Ar-Rahmah nyaris kebanyakan menghidangkan menu-menu berat

Pelayanan Maidatul Ar-Rahmah tidak melulu identik dengan tempat peribadatan. Kafe yang mafhum dengan nongkrong maupun nyisa di bulan ramadhan di sulap menjadi tempat berbuka. Pun pada tempat-tempat lain seperti di pinggir jalan atau di samping rumah. Di tempat saya Damerdasy misalnya malah penyelenggaranya bos kelompok pencuci mobil

buka bersama dalam rangka ultah encien (qotomiyah 27/08/2009)

Bisa dibayangkan berapa pengeluaran dalam sehari untuk acara seperti itu jika dibandingkan dengan perolehan hasil pencucian mobil. Saya tidak bisa membayangkah bagaimana mereka menyedekahkan sebagian sisa uangnya untuk acara makan (berbuka) yang begitu istimewa. Atau itu adalah uang pemberian dari orang punya masalah seperti kata teman saya si Abu Bakar? Wallahu A’lam

Di tempat pencucian mobil itu setiap hari rumah kami berbuka ke sana. Sebelum ramadhan tiba, bos besar pencucian mobil kebetulan bertemu dengan saya waktu shalat berjamaah dan mengharapkan agar rumah kami setiap hari berbuka di tempatnya. Ustadz Amr (bos cuci mobil) itu sangat baik. Tahun lalu kami setiap hari suruh ke sana, tahun ini nampaknya berlanjut hingga batas akhir ramadhan. Bahkan kadang kami dibingkiskan lauk pauk untuk sahur jika masih sisa banyak

inilah utlah encien yang ke-34. menurutnya slametan ke-2/slametan kelulusan S1 akan diselenggarakan di KFC

Masalah menu jangan ditanya. Luar biasa. Dalam satu minggu ada tiga rasa berbeda. Hari pertama ayam rubuk, besoknya ikan dan lusanya daging. Setiap hari dalam seminggu menu di tempat pencucucian mobil seperti itu. Bahkan rumah kami yang merupakan satu-satunya warga asing berbuka di tempat itu mendapat sesuatu yang menurut saya –kuatir- melukai perasaan warga pribumi. Sebab setiap kali ada warga pribumi duduk di tempat biasanya kami makan, ketika kelompok rumah kami datang sama petugas mereka disuruh pindah dengan alasan tempat itu untuk warga asing (kami)

Belum lagi dengan penambahan lain seperti memberi lauk pauk jika sudah mulai berkurang diantara kami. Servis untuk kami memang luar biasa. Menurut kawan ada beberapa faktor mengapa pelayanan dan takdim mereka luar biasa. Pertama, hanya kami warga asing yang ikut makan di tempat itu sementara sisanya adalah penduduk pribumi. Kedua, adanya rasa saling takdim satu sama lain artinya kami selaku orang asing sadar bahwa meminta dengan memaksa bukanlah hal bagus kecuali jika diberi 😀

Lalu kemanakah yang lain? Seperti tetangga kami warga Indonesia yang berada di belakang masjid Qiesy? Kemanakah mereka mencari mangsa untuk berbuka? Menurut penuturan kawan rumah situ mereka sudah dipesan untuk berbuka oleh penduduk pribumi secara khusus setiap harinya

Di masjid Qiesy sendiri setiap hari sebenarnya juga menyelenggarakan acara buka bersama (maidatul ar-rahmah) tapi rumah kami belum pernah ke masjid disebabkan katanya menunya tetap saja

One thought on “Maidatul Ar-Rahmah (2)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top