Semuanya ikutan cawe-cawe. Pedagang sayur, tukang tambal ban, tukang jagal, tadi malam (6/10/09) tempat itu mendadak menjadi sebuah kafe mini yang terbatas/khusus untuk pekerja mereka. Sebuah tempat yang hampa, sempit dan penuh dengan bau bensin tiba-tiba terdapat televisi ukuran 14 inc di depan halaman dengan segelintir penonton. Begitulah yang saya lihat tadi malam sepanjang perjalan menuju kafe Damerdasy dalam nonton pertandingan piala dunia U-20 antara tuan rumah (mesir) lawan Costa Rica di babak 16 besar
Sesampainya di kafe, rasanya seperti di sebuah stadion, ratusan warga pribumi berjubelan nonton. Ada yang memakai baju kebesaran kesebelasan, membawa bendera dan memakai sesuatu yang seolah-olah mereka berada dalam lapangan untuk memberikan dukungan. Seperti ketika kesebelasan Mesir mendapatkan peluang mencetak gol, penonton ikutan teriak, dan begitu sebaliknya saat lawan membahayakan tuan rumah, ratusan penonton bersiulan
Namun di tengah euforia dan rasa kepercayaan penonton kepada tim yang keterlaluan tinggi (merujuk penampilan minggu lalu saat tuan rumah meremukkan jagoan bola Italia 4-2) akhirnya pada menit 20 saat J Mena menjebol gawang Mesir, euforia itu berubah menjadi kehengingan sesaat. Mohammad seorang pendukung konservatif menyesalkan Mesir kebobolan lebih dahulu, dia mengeluhkan pertahanan yang dinilainya rapuh, kebobolan di awal menurutnya bisa melumpuhkan mentalitas tim. Tapi dia belum pasrah, waktu masih panjang untuk mengejar ketertinggalan
Sementara Lulu, salah satu petugas kafe Damerdasy optimis, Mesir bakalan melaju dengan sempurna, seperti halnya saaat Mesir membantai Italia minggu lalu dengan skor 4-2, dan jika Mesir nantinya bermain di bawah standar, Lulu masih yakin sejelek-jeleknya mungkin adu penalti, mengingat Costa Rica bukanlah Negara bola berpengaruh di dunia.
Prediksi Lulu, Mohammad akhirnya meleset saat gawang Mesir kembali dirobek M Urena pada menit 89, skor menjadi 2-0 untuk Costa Rica. Pesimisme menghantui pendukung setia Mesir di kafe. Pihak konservatif langsung meninggalkan tempat (kafe) saat Mesir dijebol lawan. Dengan kata lain, mereka sudah tidak yakin Mesir bakal mampu mencetak dua gol pada menit-menit akhir
Mesir Terlalu Arogan
Tim-tim unggulan pada piala dunia U-20 mulai berguguran. Diawali dengan Spanyol, kemudian diikuti tim-tim lain termasuk Mesir. Padahal banyak pihak memprediksikan terutama tim matador itu bisa melanggang ke fase berikutnya dengan mudah. Sayang mereka ditakdirkan bertemu lebih awal dengan tim unggulan lainnya Italia. Akhirnya tim matador itu bertekuk lutut di hadapan Italia kemarin malam dengan skor 3-1. Spanyol yang pada awal laga mempermainkan sepak bola indah ala Barcelona dengan umpan-umpan pendeknya, dan selalu memberi kemenangan meyakinkan, kemarin malam seperti tak berkutik
Begitu pun Mesir, saat laga pembukaan piala dunia di Iskandaria, tim Pharaoh itu mampu mempermainkan sepak bola indah dengan mencukur Tobago dengan skor 4-1. Kepercayaan tinggi itu pula mereka bawa saat menghadapi Paraguay yang pada kenyataannya malah dipermalukan dihadapan ribuan pendukungnya dengan skor 2-1 pada menit-menit akhir
Puncak kepercayaan mereka menemui titik klimaknya saat membantai tim yang disegani Italia 4-2. Kemenangan inilah yang sepertinya akar permasalahan berikutnya termasuk sikap arogan saat menghadapi Costa Rica tadi malam. Media-media lokal mengklaim Mesir merasa sudah puas dengan kemenangan dengan Italia. Kendati pelatih timnas Mesir U-20 Miroslav Soukup membantah bahwa pasukannya kalah karena terlalu arogan. Menurutnya kekalahan Mesir oleh tim gurem karena lawan memiliki fisik lebih bagus ketimbang pasukannya. Dan satu lagi yang oleh Miroslav Soukup puji, yaitu kiper Costa Rica sangat bagus. Mesir menurutnya sebenarnya punya banyak peluang, namun selalu saja dimentahkan kiper Costa Rica itu
Penonton Meningkat
Antusias warga yang menonton tadi malam sangat tinggi, baik di stadion maupun di kafe-kafe. Dan sebenarnya, setiap kali Mesir bermain, rasa jiwa nasinalisme warga sini muncul. Seperti pertandingan hidup-mati antara Mesir dan Italia satu minggu lalu, penonton yang memadati stadion sebagaimana dilaporkan surat kabar al-ahram ditaksir sebesar 60 ribu lebih.
Akan tetapi tadi malam memang yang tertinggi. Dalam pemberitaan koran al-ahram hari ini, stadion Mesir tadi malam dihadiri 80 ribu penonton. Dengan begitu penonton di stadion tadi malam memecahkan rekor dari pertandingan-pertandingan sebelumnya. Ini wajar mengingat Mesir harus berjuang hidup-mati untuk bisa melanggang ke fase berikutnya
Pertandingan tadi malam apakah masih banyak warga kita menonton langsung di stadion? Atau malam sudah kehabisan tiket? Seperti halnya Imam Zarkasy mingggu lalu? Walllahu a’lam, yang jelas pertandingan krusial itu sarat manipulasi tiket, terutama detik-detik menjelang masuk stadion. Seperti pada pertandingan antara Mesir dan Paraguay lalu, saya berencana ingin nonton di stadion. Saat menuju rumah Azhar Amrullah yang bersebelahan dengan stadion, saya kebetulan bertemu dengan calo tiket. Mereka keterlaluan mengobral harga tiket, dari 5 pound menjadi 30 pound. Hampir saja mau saya beli, untung mereka (kawan-kawan rumah Azhar dan Masykur) menyarankan nonton di kafe saja sehingga saya gagalkan karsis tawaran calo itu
Dengan gagalnya tuan rumah (mesir) melaju ke fase berikutnya, hampir dipastikan stadion-stadion sini banyak yang kosong. Aura piala dunia U-20 yang sejak tuan rumah terlibat main sangat mendapatkan perhatian warga, kemungkinan akan tenggelam oleh pergeseran kualifikasi Mesir senior 10 oktober mendatang
gpp … biar orang mesir g' terlalu arogan 😀