Kemeriahan dan Larangan Kegiatan Battle Sound

Kemeriahan dan Larangan Kegiatan Battle Sound
panitia mempersiapan pesta kembang api dan petasan yang akan disajikan di malam takbiran di lapangan daerah saya kemarin

Hari raya adalah momentum kita kembali fitri, saling maaf memaafkan. Sebulan penuh menjalankan ibadah puasa menahan lapar dan dahaga. Keberkahan menjelang idul fitri itu dimanfaatkan masyarakat dengan berbagai cara. Termasuk tradisi menyambut lebaran seperti takbir keliling, penyulutan petasan atau kembang api, hingga belakangan ini anak-anak zaman now merayakannya dengan aduan sound sistem yang dikenal sebutan battle sound.

Sejarah perayaan malam takbiran saya kira tak bisa  terhapus oleh zaman. Masih terngiang diingatan saya dulu ketika malam takbiran di desa, perayaannya sangat sederhana atau tradional sekali menurut orang modern sekarang yaitu menggunakan oncor yang terbuat dari bambu dan diisi dengan gas, lalu berjalan keliling kampung. Arak-arakan ini memiliki nilai tersendiri waktu itu. Pertama sebagai pengingat warga bahwa besok sudah lebaran, kedua sebagai bentuk penyambutan menjelang kemenangan umat muslim setelah sebulan penuh menahan hawa nafsu. Dan terakhir sebagai iktikat baik idul fitri harus dirayakan sedemikian rupa supaya berbeda dengan lainnya. Masa itu segalanya di kampung memang serba prihatin. Lampu PLN belum masuk, jalan belum di aspal, alat komunikasi belum lahir.

beberapa amunisi malam penyulutan kembang api

Keterbatas itu sedikit banyak juga mempengarui proses transfer informasi. Semisal soal penentuan dan penetapan hari raya.  Terkendalanya alat komuniasi tersebut menyebabkan sebagian daerah terutama di perkampungan saya tak bisa update dengan cepat. Saya masih teringat dulu pernah suatu Ketika di kampung saya takbiran dikumandangkan sekitar jam tiga pagi. Coba seandainya terjadi sekarang pasti akan viral.

Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan masyarakat waktu itu. Mungkin saja banyak menggerutu, pemuda-pemuda, panitia takbiran yang sudah tertata rapi mendadak berantakan. Andai waktu itu terjadi saat ini, saya pastikan letupan-letupan suara cuhatan manusia akan meluap-luap di media sosial.

Nah dengan adanya alat komunikasi canggih macam handphone android dll, memungkinkan penyebaran informasi kaitan apapun tersampaikan dalam hitungan menit bahkan detik. Masyarakat tak perlu lagi pergi ke peramal atau menunggu surat amplot pos turun dari langit untuk mendapatkan kabar terkini, cukup duduk termenung sambal ngopi, informasi tersebut secara tak diharapkan pun datang secara tiba-tiba, semuanya sudah berada digenggaman tangan.

Dari perkembangan itu tentu perayaan idul fitri juga mengalami pergeseran tradisi. Saya memahi itu bagian dari perubahan zaman yang kian modern. Dari semula oncor, lalu keliling memakai armada motor, belakangan memanfaatkan moment tersebut dengan penyulutan kembang api maupun battle sound sistem.

rute takbir keliling yang dilakukan oleh desa setempat

Kegiatan battle sound sistem ini mendapatkan simpati masyarakat terutama anak muda. Mereka rela dalam satu tahun menabung secara kelompok untuk mendapatkan sewaan sound kelas wahid. Karena nomer one, sound yang disewa harganya juga tak main-main, belasan hingga puluhan juta. Banyak anak-anak muda menyewa dari berbagai daerah jawa timur bahkan luar propinsi untuk diadu bersama-sama. Suara yang paling keras itulah yang terbaik. Saya kurang begitu mengerti apakah hadiahnya sepadan dengan sewanya atau tidak, yang pasti mereka bisa mendatangkan sound sistem terbaik sesuai anggarannya butuh perjuangan. Baik dari segi kekompakan, keungaan, dan kejujuran. Jika tidak, maka rencanya itu hanya jadi angan-angan.

Belakangan kegiatan battle sound sistem tersebut mendapatkan masukan dan kritikan dari masyarakat. Akhirnya menjadi atensi aparat keamanan dan pemerintah. Desas-desus bakal dilarangnya kegiatan battle sound sistem sudah tercium  warga net melalui obrolan dan diskusi di jejaring media sosial.

Intinya kegiatan tersebut akan distop karena dianggap banyak mudhorotnya. Saya menduga keresahan itu dilatarbelakangi oleh banyaknya rumah yang menjadi korban kerasnya suara sound sistem (walaupun ini sebenarnya pihak terkait sudah siap bertanggung jawab jika terjadi apa-apa). Kedua, mengganggu masyarakat yang sedang istirahat karena masih berpuasa. Karena sebelum kegiatan betle sound sistem biasanya pemuda mengarak sound yang dinaikan fuso keliling desa untuk unjuk gigi sebelum kegiatan tersebut berlangsung.

surat larangan melakukan acara battle sound sistem

Yang terakhir adalah karena kegiatan tersebut di duga sedikit banyak mencoreng kesucian ibadah puasa. Maklum saat kegiatan betle soud sistem berlangsung maupun sebelum kegiatan atau yang dikenal dengan cek sound banyak diantara krunya tak berpuasa dengan terang-terangan alias terbuka. Inilah yang menurut saya memantik dilarangnya kegiatan betle sound sekarang ini.

Aturan ini mendapatkan kecaman keras, terutama oleh pemuda yang sudah sekian lama mengumpulkan uang untuk menyewa sound sistem dengan harga yang tidak murah. Mereka juga menilai aturan tersebut terlalu premature untuk diterapkan, karena tidak dikomunikasikan jauh-jauh hari sebelum surat larangan itu beredar. Paling tidak aturan tersebur bisa diterapkan tahun depan dan di dispensasikan tahun ini, mengingat pemuda dengan susah payah sudah kadung menyewa dengan harga yang tak sedikit.

Yang paling parahnya lagi di desa sebelah saya, pemudanya menggruduk kepada desanya karena dianggap tidak berpihak ke pemuda. Pak lurah malah justru mendukung aparat kepolisian agar kegiatan sound sistem dihentikan, bukan mencarikan solusi untuk tetap bisa tampil walau hanya satu jam, atau tampil barada di lapangan atau persawahan yang jauh dari perumahan warga. Karena kecewa tak boleh tampil akhirnya beberapa pemuda sambil membawa sound sistemnya dibunyikan di depan rumah kepada desa sembari menyulutkan petasan di pintu rumahnya.

kegiatan battle sound sistem di sumber sewu, kegiatan ini biasa berlangsung tiga hari menjelang idul fitri

Dalam aksinya mereka juga membunyikan musik sekencang-kencangnya sambil berteriak agar kepala desanya keluar rumah dan mencarikan solusi, jika tidak, pemuda tersebut berharap agar kepada desanya mengundurkan diri dan sembari mengajak warga tak usah dipilih untuk pemilihan berikutnya.

Sentiment negatif sebenarnya tidak hanya terjadi di desa sebelah saya saja, ada beberapa desa yang pemudanya meluapkan kekecewaannya melalu  status media sosial. “gitu ya gitu tapi janga begitu” Ujar salahsatu pemuda yang media sosialnya juga  saya ikuti. Kekecawaan dimana-mana itu menurut saya wajar, karena mereka sudah satu tahun mengumpulkan uang sementara sosialisasi terlalu mepet dengan kegiatan.

Akhir ramadhan kamarin saya sempat ketemu dengan ketua MUI Muncar. Dari pertemuan itu ada sedikit perbincangan terkait surat edaran MUI maupun Bupati soal larangan sound sistem besar diperayaan jelang takbiran. Saya mengapresiasi jawaban bijak beliau yaitu karena sudah kadung banyak yang menyewa, maka yang dilarang adalah jika dibunyikan diluar malam takbiran. Jika hanya dibunyikan Ketika takbiran tak masalah asal tidak keluar dari lingkungannya terebut.

Namun karena sosialisasinya kurang menyeluruh dan tak jauh-jauh hari, sehingga yang terjadi dilapangan atas tanggapan surat edaran itu menimbulkan beragam tafsiran. Ada yang mengartikulasikan secara menyeluruh, ada yang  manafsirkan menggunakan kearifan lokal.

Tentu bagi aparat desa yang punya kepekaan sosial baik, akan mencarikan solusi warganya dalam menggunakan sound sistem. Sehingga tidak timbul pemberontakan dari pemuda yang kadung semangat menyambut lebaran.

Dengan adanya larangan kegiatan betle sound sistem ini, menurut saya tahun depan bakalan sepi perayaan jelang lebaran menurut versi anak muda, karena jor-joran sound sistem yang dikemas dalam betle sound merupakan kegiatan yang digandrungi anak muda zaman sekarang. Meski ada sebagian desa juga memeriahkannya dengan penyulutan kembang api. Namun sisi lain ada nilai positif bagi masyarakat sekitar, yaitu bisa tidur nyenyak karena tidak bising oleh suara sound sistem yang menggelegar.

Bagi saya dilarang atau tidak yang terpenting kegiatan malam takbiran tetap dilakukan secara meriah dengan nilai-nilai positif, tidak menimbulkan keresamahan masyarakat meski dengan cara dan jalan lain, agar kegiatan tahunan ini sebagai bentuk rasa syukur kita dalam menyambut idul fitri, hari kemenangan umat muslim dari melawan hawa nafsu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top