Musim liburan adalah musimnya anak-anak sekolah dan tak menutup kemungkinan mantan anak sekolah berwisata. Tempat yang jadi idola beragam. Ada pantai, hutan, maupun kolam renang.
Banyuwangi sebagai kawasan yang beberapa tahun terakhir ini mendapatkan tempat dihati wisatawan asing maupun domestik telah membawa perubahan dan pola pikir masyarakat desa pada hari-hari libur atau minggu untuk berwisata.
Perubahan ini sedikit banyak membantu keluarga orang desa yang kebiasaan waktu liburan digunakan untuk tiduran sekarang ini semakin sedikit. Paling hanya orang sakit atau orang yang tidak punya duit saja yang tidak kemana-mana tapi pikirannya ada dimana-mana.
Perekonomian pun juga semakin merata, terutama penduduk di sekitar lokasi wisata. Hidup terangkat oleh aktifitas wisatawan yang kalau boleh saya telusuri pasti membawa sangu “uang” untuk beli sesuatu di lokasi, walau mereka kebanyakan pasti bawa bekal alias bontrot dari rumah.
Harga makanan tergolong tinggi pun bukan masalah bagi wisatawan, ya kadang juga dipermasalahkan oleh orang-orang sekali lagi kurang punya duit. Tapi sekali lagi yang namanya orang berwisata itu adalah memang menghabiskan bekal maupun pasti ngeluarkan uang.
Taukan anda kalau wisatawan asing yang datang ke Indonesia itu bekalnya banyak? Dan taukah anda bahwa mereka bertahun-tahun kerja hanya supaya bisa melancong ke laur negeri. Nah itulah definisi berwisatanya ala rsng bule. Bekal tidak cuman ada, tapi harus mencukupi dan banyak, ibaratnya jangan berwisata kalau bekalnya kurang apalagi tidak ada.
Hari ini nampak saya amati orang-orang yang hilir mudik ke lokasi water park di Cluring bekalnya melebihi jumlah rombongan yang ada. Entah ini jaga-jaga saja supaya anak tidak pada jajan apa memang kurang bekal sangu sehingga harus bawa bontrok melebihi orang kerja di sawah.
Namun tetap saja saya amati warung/pedagang di pinggiran kolam renang padat, antri untuk beli sesuatu. Semahal apapun kalau orang butuh pasti mau gak mau beli.
Water Park di Cluring kini saya amati kian mentereng bersaing dengan tempat lain yang sudah dulu berkembang. Dua atau tiga tahun lalu lokasi ini masih minim peminat. Saya ingat betul, banyak kolam renang yang airnya kotor, softek berselfi di lokasi samping kolam renang, kertas sampah melayang-layang hingga masuk kolam renang.
Waktu itu saya hadir dalam rangka pembukaan pertama kali wahana wisata ini. Artis-artis papan atas Banyuwangi turut serta memeriahkan dibukanya tempat kolam renang water park sekaligus mempromosikan kemasyarakat luas tentang wisata baru di Cluring.
Namun saya amati dari bulan ke bulan setelah dibuka, water park masih minim peminat/pengunjung. Mereka mungkin saja masih asyik dengan area wisata yang sudah ada seperti Pancoran, Ail, Mirah Fantasi dll.
Kini sudah berubah total, water park saya lihat perubahan desain maupun kelengkapannya semakin mengikuti keinginan pengunjung. Saya mendengar semenjak diakuisasi oleh pengusaha Surabaya “Bismar” yang punya beberapa konter ponsel di daerah itu, nama water park kian mendapatkan tempat di hati pengunjung.
Liburan panjang kali ini saya datang kesini mengikuti keinginan dan saran anak-anak saya yang sejak kemarin hingga tadi malam mengajak ke kolam renang. Sesampainya di lokasi saya duga ini bakalan padat dan ramai, parkiran depan sudah ful kendaraan roda dua dan empat.
Pengunjung membludak, itu sesuai perubahan arah pikir orang melenial desa yang menjadikan tempat kolam renang lebih di senangi dari tempat wisata lainnya. Ada beberapa alasan. Diantaranya lebih simpel, tidak terlalu banyak resiko dari tempat wisata di pantai (walau ada juga sih resikonya), lebih murah dan tempatnya terpenuhi segala usia, ada untuk dewasa, anak-anak dan remaja, semuanya tersedia di kolam renang dari tempat wisata penuh tantangan di pantai.
Dan yang paling saya senangi ketika di kolam renang adalah buka bontrot dikala perut sedang demo kelaparan. Apalagi posisi orang habis berenang pasti lapar dan haus. Dan pada umumnya hal yang disukai berekreasi yaitu membuka bontrot bareng-bareng.
Dan akhirnya bontrot itu malah ke buka di awal kedatangan kami. Istri saya ternyata kelaparan. Mungkin juga korban daripada tidak makan di rumah. Saya pun ikut-ikutan makan. Sementara anak-anak dan mbak-mbak asyik berenang.
Berekreasi ke kolam renang bagi saya juga gak terlalu bertele-tele alias makan waktu lama. Ketika yang bersangkutan atau anak-anak dikira sudah cukup kedinginan pasti prosesnyan sudah selesai, tinggal menata barang lalu persiapan pulang.
Seperti tadi pagi, saya amati anak-anak kedinginan semenjak satu jam lebih berada di kolam renang. Biasanya lebih dari dua jam mereka kuat berada di kolam. Kali ini hanya satu jam setengah. Mungkin hawanya memang dingin walau cuaca panas. Sehingga kami berada di water park tak lama amat. Pas waktu adzan dhuhur kami bergegas pulang menuju rumah. Lebih simpel ketimbang harus berada pada suatu tempat yang jauh ataupun tempat dipantai, yang menjadi rencana awal tadi.