Jawaban Yang Kurang Memuaskan?

Terima atas forwardnya mas Arul, tapi yang jelas aku atau kita merasa tergugah untuk memberikna klarifikasi seputar itu, hidup ini akan terasa nikmat jika berjalan seimbang sebagaimana Mas Arul dengungkan, hidup ini akan terasa segar dan gegek jika kita mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan, sungguh tragis jika hidup tidak seimbang, penuh dengan permusuhan toh permusuhan itu terlihat mencolok ketika berada diluar gedung atau dibalik layar, dan terlihat mesra meskipun dipaksakan

Ketika bertemu dan betatap muka empat mata, aku tidak menginginkan ini terjadi, aku tidak mau memperbesar masalah kecil, ini adalah sepele aku tahu, ini adalah cerita konyol atau kontol terus biar berlalu, aku sadar omelan ini hanya segelintir dari moment yang tidak penting, itu adalah kebiadaban dari orang-orang yang tidak suka dengan kreativitas, itu adalah kemunafikan yang harus ditekut, harus dibimbing, diarahkan dan ti tapuk lidah jeleknya itu. Aku mengkoarkan karena aku prihatin, karena aku merasa kreativitas telah difitnah, kreativitas telah dicoreng dengan kata-kata yang semustinya tidak keluar dari orang yang berpendidikan, entah aku tak tahu, memang,,!

Kadang seseorang antara tulisan dan kehidupannya sehari-hari tidak sesuai dengan kenyataannya, kadang tulisan keras, tapi hatinya sejuk penuh dengan senyuman, kadang tulisannya halus, tetapi raut mukannya penuh dengan pesona bau busuk, kadang kita merasa tulisan bagus tetapi dianggap manusia sebagai tulisan penuh dengan kejelekan, entahlah aku tak tahu, aku hanya tahu terhadap apa yang aku ketahui

Aku teringat apa yang pernah dikoarkan oleh Mas Nadhiefs, Kata beliau ” Aku tak setuju ada pendikotomian antara Itu dan ini, antara tokmiyah dengan Kibdah, atara lukman hakim dengan lukmatul karimah” Dengan nada jengkel terlihat jelas dalam raut muka mas Nadhiefs yang cerpenis dengan cerdanis itu, aku mengamininya, aku turut berduka saat itu, kadang aku juga berpikiran gimana caranya agar ini selesai, agar permasalahan tidak diem tetapi berjalan bak air laut diluar diam tetapi di dalam penuh dengan gelombang dan genangan air yang cukup deras sekali, sekian banyak teman-teman yang mengaku sebagai seorang intelektual, tetapi tidak mampu untuk mengimbangi keintelektualannya, tidak bisa mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, apakah ini adalah idiologi mereka untuk mengembangkan bakat keintelektualannya, entah, Pernah aku membaca dalam mailist jaringan emansipatoris, yang mengkritik ucapan Zuhairi yang menyinggung dan terlalu membodohkan atasannya, dengan kritikan bernada anjuran agar tidak mengalami kecongkakan intelektual, namun aneh dalam beberapa postingnya mereka tidak sependapat jika seorang intelektual itu bersikap sopan, santun dan beradap, ini akan memperkerut terhadap intelektual, kata orang-orang dalam milis emansipatoris yang membela terhadap Zuhairi, itu. Lantas aku berpikiran apa benar ide gila ini, apakah intelektual itu seperti ini bersikap arogan dan selalu berada di gerbang depan terutama dalam membikin kejutan agar terdengar suara lantangnya untuk menunjukkan akulah si raja intelektual, akulah manusia hebat, super hebat dan tidak ada yang mampu untuk melawan.

Ya itulah kira-kira ajian khasnya mereka, beda dengan orang suka dengan dunia sastra mereka aku melihat sangat romantis sekali, seromantisnya dua manusia yang lagi jatuh cinta, saben malem ditungguni, ditemani toh secapek apapun mereka akan selalu bersama, merajut cinta dan asa demi cita-cita masa akan datang. itulah sastra, itulah dunia kehidupan yang penuh dengan imajenatif dan kreasi yang menggembirakan, aku kangen ama mereka aku suka ama mereka aku akan mendalami dan belajar ama mereka, aku ingin berkrativitas ama mereka, itulah sebabnya aku berani untuk bersuara lantang, aku berani mengeluarkan asa dan cerita demi SBI yang tercinta, aku tidak berada ama mereka, aku akui aku bukan SBI, tapi aku adalah orang sebagian diantara mereka, aku ada dimana-mana dan aku adalah orang yang selalu memntingkan kretivitas dan kemajuan bersama itu saja, sebagaimana yang dipostingkan oleh Om Darul bahwa kita adalah sama, kita adalah dua nama berbeda tetapi memiliki tujuan sama yaitu untuk berkreativitas.

Aku tak mau dikatakan sebagai manusia yang dibutuhkan, aku bukan manusia yang serba bisa aku bukan manusia yang doyan terhadap rayuan gombal, aku adalah manusia bodoh yang perlu bimbingan dan arahan demi tegaknya keikhlasan, aku ucapkan terima kasih untuk mas darul, aku kira mas darul akan memberikan semacam kritikan ternyata malah memberikan angin segar dan acungan jempol terhadap kinerja aku, ini dari mana? sementara aku sendiri belum bekerja semaksimalmungkin untuk ikbal, satu persen saja yag aku sumbangkan kepada ikbal itupun aku lakukan dengan ketidakikhlasanku, aku bodoh, mengapa ini terjadi, mengapa semuanya harus aku lakukan, mengapa manusia pasti ada bodohnya, aku tak tertawa, aku tak memberikan lampu ijo kepada mas darul, aku masih bodoh mas, masih belum bekerja semaksimal mungkin, aku butuh bantuan dan butuh pertolongan, baik material dan non material, aku butuh firogh, aku butuh Klantan, aku butuh Delly, aku butuh semuanya, karena aku lapar, karena aku berada dalam jurang yang haus akan nasi goreng dan pecel, tapi aneh aku kok semakin gemuk, aku semakin gendut, aku semakin dan semakin dan semakin ya semakinlah

Aku saat ini sendiri

entah tahu apa yang terjadi pada diri ini

aku males, aku males dan lemas

aku kangen ama Om nadhiefs

Seringkali aku meniduri

seringkali aku berfantasi

kadangkala mengeluarkan asab kabut tebal

yang dangkal dan tidak terlalu dalam

Aku masih sendiri

aku belum ada yang ngelamar

tak satupun kreativitas mau kepadaku

yang mau diajak untuk menemaniku

Mungkinkah kamu Lukman,,,,,,,,

Ah no My God…

dia khan laki-laki,

Ha,,,,;laki-laki,,,,,,,,,,,masyyaak, Wallahi,,………….?” Kata Om Darul dengan nada keheranan. “ah gak percaya setahuku dia adalah wanita yang berwajah melon?” Sambungnya. Dengan nada masih heran dan penasan Om darul mendatangi si Lukman di tempat penampungan manusia yang sedang mengalami kelainan Buust Permai, dengan gaya banci Lukman berdakwa “apa sih Omm Da,,da,,,,?” Idih gemes deh,,,,?” katanya dengan suara merdu seperti ayam jantan sedang keluruk. “Luk kesini sayang?” dengan langkah malu-malu si Lukman mendekatinya. “buka jelanamu.?” Ayo,,cepat buka?” dengan nada mayor Om darul langsung menggrogoh pusaka dan ajimat milik si Lukman, “Emmmm ternyata kamu selama ini boong ya,,,ngaku-ngaku perempuan segala, ih,,,ternyata kamu laki-laki?” Dasar,,” ,,!

“Lho kok baru tahu si Omm,,? AKu khan sudah bilang kalau aku tuh manusia, tapi identitasku belum jelas, apakah aku perempuan atau laki-laki? karena aku sendiri tak tahu siapa sebenarnya yang melahirkanku, tahu-tahu aku sudah seperti ini yaa Maliysie,,,,! Ya sudah aku mau ganti wanita aja” kata om darul, aku sudah punya BIL (banci idaman lain). “Siapa Omm” Kata Lukman dengan nada penasan, “emm gak ah,,entar kamu kaget” katanya. “enggak-enggak” jawab Lukman. “itu tuh Rangga (sebutan nadhiefs)” Kata Om darul dengan nada yaqien haqqul yaqien. “Ha,,,,,,aaaaaa,,,,Nadhiefs?” No-no,,,,,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top