Ketika seseorang dirundung pertengkaran tak ada bibir melebar  merebahkan senyum kepada seseorang. Hingga teman sendiri sudah  tak lagi menjadi sahabat sejati. Ironisnya hubungan dengan  Tuhan yang merupakan keharusan baginya untuk selalu didekati  terkena imbas hawa nafsu.

Agama sudah memaparkan bahwa perang paling dasyat bagi umat  manusia adalah perang melawan hawa nafsu. Bahkan dianggap lebih dasyat ketimbang perang melawan Israel atau Amerika. Karenanya segala sesuatu dapat tercapai, dan karenanya pula kegelisahan ternyenyat dalam diri ketika keinginan tersendat dan gagal total. Sebenarnya banyak orang menyalahartikan keberadaan nafsu, anggapan dangkal  selam ini nafsu memeliki hubungan kultural dengan kebutuhan  rohani serta jasmani. Padalah pecipta sudah memberikan definisi  dan fungsi masing-masing serta manfaat terhadap anugrah yang diberikan kepada  kita. Mata sebagaimana umumnya adalah alat untuk menglihatan, kaki  untuk berjalan dan masih banyak lainnya, secara khusus memang  tidak dibantah, namun dilain sisi masih banyak manfaat dan  fungsi yang tersembunyi dan harus digali. Inilah kemalasan umat  dunia dalam mencari fungsi dan jati diri

Dalam Kejadian sehari-hari kita melihat berbagai kerusuhan, pembununan dan pemerkosaan. Tentu pertanyaan bereaksi dengan lantang. Apakah musibah itu didasari oleh ingin memanfaatkan nafsu yang lazim disalahartikan oleh banyak orang selama ini, atau hanya kecelakaan belaka? Boleh jadi musibah di Indonesia dari Stunami hingga gempa yang tak kunjung reda merupakan borok dari nafsu manusia. Tindakan brutal dan membabi buta terhadap lingkungan, sesama manusia dan seluruh makhluq hidup akan mangakhiri manusia di dunia pasca perang dunia ke dua. Semakin tuanya usia bumi ini seharusnya mendapatkan perawatan dan belaskasihan dari seluruh penghuni dimuka bumi ini. Tidak hanya kepada sesama manusianya lebih-lebih pada lingkungan. Kebersihan sebagai pangkal iman. Simbol singkat agama ini merupakan pesan kongkrit Tuhan kepada manusia agar cinta sesama

Agama saat ini seakan tidak mempan dijadikan rujukan umat manusia. Simbol kekerasan dan  kekejaman Amerika terhadap Uni soviet belum mampu melululankahkan jati diri manusia dari nafsu birahi dan anarkhisme. Akankan kita akan kembali seperti zaman nabi di saat umat manusia tunduk dan patuh terhadap perintahnya? Sulit untuk memprediksikan. Namun pengetahuan alam dan ajaran keyakinan mengamini, bahwa kembalinya manusia pada zaman nabi, tunduk dan patuhnya manusia pada satu agama yang benar mengindikasikan jika kiamat sudah tinggal se-hasta. Sebaliknya brutalnya umat manusia akibat ulah nafsu adalah bentuk bumi masih diselimuti oleh cobaan akibat ulah hawa nafsu

Sekarang tak ada yang bisa membendung tindakan seseorang. Kekejaman dan brutalisme sudah ada dimana-mana, tidak di kafe, pasar di masjidpun sebagai tempat beribadah sudah nampak. Aparat keamanan sebagai sang algojo, sudah tak lagi mampu menyelesaikan masalah. Malah membantu membuat mensukseskan masalah agar pekerjaan urusan mengatasi masalah segera selesai. Inilah mungkin polisi zaman globalisasi. Coba kita menengok sedikit kejadian aneh yang dilakukan aparat penegak hukum. Dari kasus Tommi Soeharto, hingga penanganan soal narkoba. Dimana semuanya masih menyisihkan tanda tanya. Mungkinkah seorang pembunuh dan telah dijatuhi hukuman sepuluh tahun penjara sekarang sudah akan bisa menghirup udara segar. Belum lagi menilik kasusnya Tommi yang mondar-mandir keluar masuk penjara tanpa rasa kuatir. Memang sudah menjadi rahasia umum nepotisme melekat erat bak perangko. Itu tidak hanya terjadi ti dunia kerajaan atau pesantren saja, namun pada dunia pemerintahan dan kasta (jabatan pun) sudah tidak sungkan untuk dipresentasikan di depan umum. Likulli Syaiin bil fulus tembuh. Uang sumber segala-galanya juga telah menusuk nafsu aparat penegak hukum

Sifat turun-temurun tidak bisa dibendungi bahkan diyakini kuat akan menimbulkan tindakan lebih berbaya dari pendahulunya. Ini tidak terjadi pada lingkungan pemerintahan atau lembaga independent. Dalam lingkungan satu atap rumah. Dunia disaat matahari masih memancarkan cahanya kekejaman panas. Harmonitas dan humoniora sulit didapatkan. Hipotesa awal semua orang adalah musuh. Tidak pandang bulu. Tua, muda anak-anak, orang gak waras akan dilibas habis ketika kekejaman dan kekejian yang bersumber dari nafsu masih mengaliri saluran tubuhnya. Kedermawanan dulu yang sering diberikan terlupakan. Atmosfir kekeluargaan yang terjalin sejak zaman megantropus erektus pupus dan tak membekas disaat suhu aliran darah mengalir deras bak air terjun. Ini masalah kepentingan bung..! Kata suara hati menyikapi pertanyaan batin

Sooner or leter jalan damai merupakan solusi terbaik. Meski tidak ada yang pasti, tetapi optimisme menguat bahwa damai adalah jalan satu-satunya maddah setelah menunggu keputusan peradilan Tuhan tertutup. Jika itu terjadi atmosfir panas antara kedua kutub dalam satu atap segera usai. Lingkungan kembali tersenyum, dan bumi akan mengucapkan terima kasih, tak lupa Tuhanpun pasti akan mengamini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top