Hari raya telah menyapa. Secuail kata-kata terkirim ke yahoo saya. Ada yang indah. Ada pula yang latah seperti jlantah. Rata-rata ucapan soal ketulusan cinta. Cinta sejati dalam hati untuk memaafkan diri. Begitu banyak ucapan itu hadir dalam lembaran-lembaran ofllinan. Memaksakan saya untuk membaca kalimat demi kalimat yang tak beraturan. Kadang menjengkelkan, kadang pula memilukan. Jengkel karena penuh teka-teki; meminta maaf tapi harus lewat logika. Memilukan karena banyak diantara mereka  yang tak pernah bertegur sapa, tiba-tiba sekali menyapa langsung mengundang kata “minta maaf”. Lalu apa kesalahanmu?

Baiklah saya akan memaafkan. Baik yang disengaja maupun tidak. Baik yang kenal maupun yang gak kenal. Begitu sebaliknya. Kalau ada rasa anu dan anu saya menyinggung, sudi kiranya dimaafin. Tapi yang aneh itu yang gak kenal atau baru meng-add, ikutan ribet minta maaf di YM. Mau saya balas gimana gitu. Kata-katanya seperti ini”Minta maaf ya, kalau ada kesalahan dan kekhilafan?”. Lalu saya tanya “Lho kesalahanmu apa, kok tiba-tiba minta maaf. Kamu siapa?”

fb

“Saya ya manusialah, masak hantu sih..!”. Makin lama anak ini makin manja. Mau saya biarin takut putus asa. Mau saya lanjutin mangkelin. Lalu saya tanya baik-baik dengan bahasa sederhana tapi serius.” Wajahmu kok cakep. Ini photo beneran atau betulan?”. Lama dia gak jawab, kayaknya chatingan makai hp atau sibuk dengan yang lain. Setelah tiga menit berlalu akhirnya dia malah bertanya “Cakepan mana dengan Mak Lampir hayoo..?”. “Cakepan Mak lampirlah”. Jawab  saya

Sudah lima tahun tak berjumpa, saya memang sudah pangkling dengan saudara-saudara termasuk saudari chatingan saya itu. Ternyata mereka sudah pada besar semua. Apalagi si Rifqi bukan hanya besar, tapi gemuk seperti Sumo. Lewat sms kemarin dik Amien ngabari kalau minggu lalu Rifqi dicarikan baju yang sesuai dengan tubuhnya. Muter-muter dulu baru ketemu baju yang cocok buat dia

Lebaran di Indonesia memang sangat indentik dengan kebutuhan aksesoris terutama baju. Apalagi di kampung, baju baru sepertinya wajib dipakai pada perayaan Idul Fitri, selain aksesoris lain seperti sarung, celana dan sandal. Bagi saya itulah salah satu hikmah Idul Fitri. Marajut tali asih dan memakai sesuatu yang baru. Kita tidak bisa terlepas dari tradisi itu. Bolahlah ketupat belakangan ini mulai memudar, tapi masalah yang lain sulit kiranya kita mengubah karena ini berkaitan dengan kebutuhan individu

Saya bisa memastikan perayaan lebaran di Indonesia jauh lebih “terasa”, ketimbang di negara-negara lain sekalipun negara dengan penduduknya mayoritas Islam seperti Arab Saudi atau Mesir. Hal itu bukan karena Indonesia penganut muslim terbesar se jagat raya, tapi karena kekuatan tradisi yang sudah terbentuk ber abad-abad lamanya

Perayaan Idul Fitri kali ini yang seharusnya berada di sana, akhirnya tak sampai. Ada ganjalan yang mesti saya selesaikan secepatnya. Saya tak sreg pergi meninggalkan tempat dimana saya menuntut ilmu ini jika masih menyisakan tanda tanya besar. Oleh karena itu tanda besar inilah yang harus saya hapus secepatnya

Alhamdulillah pula nampaknya perayaan Idul Fitri tahun ini berlangsung secara serempak. NU, Muhamadiyah dan termasuk pemerintah merayakan secara hikmat serta penuh kebersamaan hari Ahad (20/09/09). Di sini juga sama, hari Ahad. Dan bahkan di seluruh penjuru dunia merayakan Idul Fitri hari Ahad. Baru kali ini saya merasakan kebersamaan itu menyapa. Apalagi jika sapaan itu bersama keluarga. Begitu indahnya hidup ini. Sayang tahun ini saya belum bisa.

maafkanlah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top