Hari Raya Idul Adha Ngelencer di Muhandisin

Berhari raya di negera lain, rasanya memiliki keunikan tersendiri, meskipun tak semeriah di Indonesia, namun masih ada suasana hari raya. Salahsatu faktor mungkin adalah tradisi (tradisinya orang-orang Indonesia ternyata masih kental), kalau di Indonesia tradisi sudah melekat erat bagaikan perangko terutama hari-hari besar Islam, seperti hari raya Idul Adha kali ini yang jatuh pada tanggal 10 januari 2006. Jika di Indonesia hari raya Idul Adha dimeriahkan dengan pagelaran takbir keliling, di pagi harinya tak kalah menariknya adalah penyembelihan heran korban yang begitu meriah.

Disini tidak, malam hari raya, tak ubahnya hari-hari biasa. Masyarakat seperti biasa menjalankan aktivitas. Takterdengar lafadz takbir “Allahu Akbar”, dan di pagi hari suasana seperti biasa juga sholat Idul Adha setelahnya pulang ke rumah masing-masing kecuali para panitia penyembelihat hewan korban

Bahkan negera-negara Timur Tengah ketika hari besar umat Islam seperti biasanya,tidak ada hal unik dan spektakuler. Barangkali -hanya- di Indonesia dan negera-negara sebagian Asia Tenggara perayaan hari raya agak begitu gawat. Misalkan saja ketika awal bulan Ramadhan tiba, semua televisi berlomba-lomba menyiarkan hiburan benuansakan Islami, belum lagi ketika hari rayanya lebih dasyat lagi, semuanya mulai dari tukang ojek, para TKI/TKW di luar negeri, para pekerja dan Presiden pun melakukan mudik pulang
Sungguh luar biasa tradisi di Indonesia yang begitu menyentuh hati dan mengesankan dan aku rasa kita patut untuk mensyukurinya
tradisi itu.

SHolat Idul Adha di Suq Sayyarah

Di pagi hari yang masih gelap gulita, aku sudah mempersiapkan diri untuk melakukan sholat Idul Adha, sebelumnya aku menyempatkan untuk mandi seluruh tubuh, hawa dingin yang menusuk tulang tak mengurangiku dalam menjalakan sunnat mandi sebelum shoalt ied.
Bisa dibayangkan jika mandi dalam keadaan dingin, apalagi di rumah yang aku tempati shaghonahnya (penghangat air mandi) lagi rusak, waww pasti menggigil minta ampun, namun ternyata keinginanku lebih besar ketimbang perasaan yang belum tentu benar itu. Buktinya temanku sediri sering mandi sebelum shubuh tiba, keren memang teman yang satu ini, rela untuk mandi daripada nanti sholat shubuhnya ketinggalan. Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi aku lihat dari sudut jendela kamar, ternyata masyarakat sekitar masih borbondong-bondong pulang dari sholat Shubuh. Di sini waktu musim dingin subuhnya pukul enam kurang 20 menit, jam tujuh pun matahari masih agak malu untuk keluar dari istananya. Sembari membangunkan teman-teman se kamar, dan menunggu dimulainya shoklat Ied aku sesekali mengecek email dan melihat informasi seputar Ied di Indo lewat surat kabar, lima belas menit kemudian salahsatu rekan mengajakku untuk sholat Ied di KBRI, karena jembutan Bus milik KBRI diinformasikan sudah menunggu disamping jalan raya, aku harus memilih antara sholat di KBRI atau di Suq Sayyarah (pasar mobil) yang letaknya dekat dengan rumahku. Karena aku setelah sholat Ied memiliki acara ke Muhandisien bersama rekan-rekan, akhirnya aku memilih sholat di pasar mobil (suq sayyarah) yang begitu luwas.

Dinginnya kota Nasr City yang menusuk tulang, aku bersama dengan rekan Shidik Mustaqiem berangkat untuk sholat Ied, di tempat yang begitu luas itu ternyata belum nampak warga yang datang, entah apakah mereka masih kedinginan sehingga enggan untuk sholat Ied atau ingin datang diakhir. Sambil berfoto-foto, warga semakin banyak, bahkan rekan-rekan yang kabarnya akan berangkat sholat ke KBRI juga sholat di Suq Sayyarah dengan alasan bus jemputannya juga berada di tempat itu. Di situ pula aku bertemu dengan preman-preman sholeh seperti si Ghoffar Cs, Ibnu, Amier, Mahfudz dan kawan-kawan ikbal, suanana akhirnya menghangat berkat kehadiran srimulat-srimulat kocak kelompok Ghoffar Cs.

Setelah bergurau ala pemuda (padahal sudah tua-tua semua mereka)terdengar dari depan lafadz Allahu Akbar 3x yang selanjutnya ada perintah untuk sholat Ied Jamaah. Semua warga yang saat itu sudah ribuan orang berjubelan menata barisannya, dan berusah khusu’, kendati godaan dingin masih menyelimuti suasana sholat, bahkan kakiku rasanya membeku karena dinginnya minta ampun menjadikan kekhusukan hati pada illai sedikit berkurang.Yang membuat aneh dan ini kayaknya tradisi jelek rekan-rekan Indonesia, yakni setelah mereka sholat Ied, banyak yang pulang atau meneruskan jihad ke KBRI tak lain hanya sekedar mencari Nasi mengisi perut del-del dan ini yang membuatku tertarik ikutan pulang juga, padahal tugas sunnah dalam Ied belum selesai.

Pergi Ke Muhandisien

Setalah sholat aku bersama rekan-rekan ada Mumu, Falah, Imam meluncur ke rumah saudaranya si Falah yang saat ini tercatat sebagai pegawai di perusahaan milik keluarga Oesamah Bin Laden yang terkenal dengan sebutan bapak Teroris (waallu’alam), diakui saat ini perusaan yang dinaungi dibawah bisnis Oesamah sudah berada dimana-mana bahkan perusahaan dan obyek wisata di Cairo seperti Syarmo Syehk yang megah del-del merupakan salahsatu aset milik keluarga Oesamah, belum lagi hotel-hotel di Makkah konon semuanya asetnya dimilik keluarga Oesamah.

Dari perjalanan Hay Asyer tempat tinggalku, kira-kira membutuhkan waktu setengah jam atau satu jam perjalanan menuju ke kawasan
Muhandisin. Celakanya kami tersesat jalan yang harus dilalui ternyata sudah lupa, maklum Falah sebagai saudaranya masih mendeteksi beberapa bulan kalau di sini ada famili yang bekerja di perusahaannya Oesamah Bin Laden dan baru tiga kali
berkunjung ke rumah familinya itu. Apalagi dia sendiri tercatat sebagai mahasiswa baru di Cairo.

Setelah berjalan-jalan sembari mengingat tempat yang memakan lima belas menit, akhirnya tempat yang dituju ketemu. Dengan rasa
gembira, keluarganya menyambut dengan hidangan yang sudah dipersiapkan sebelumnya (memang setiap kali si Falah datang ke rumahnya yang tak luput bawa rekan-rekan se rumah, hidangan lezat selalu siap saji dan pasti suruh membawa makanan ketika pulang untuk diberikan rekan-rekan se rumah). Sebagai tamu yang pertama kali datang ke rumahnya, aku mengobrol dengan beliu (namanya lupa) dengan sambutan luar biar serta senyuman yang tak luput dari tuan rumah, aku bertanya-tanya soal bisnis yang dikelola di bawah naungan Oesamah Bin Laden. Ternyata Bapak dan Istrinya ini sudah bekerja di perusahaannya hampir tujuh tahun lebih, kadangkala berada di Mesir -Iskandaria-, dan kadangkala ke Arab Saudi, dikatakan juga kalau Oesamahmasih hidup dan juga masih menjalin kontak -hubungan- dengan keluarganya yang dikatakan berjumlah 53 lebih yang tersebar dibelahan dunia (waww banyak amat keluarganya Oesamah, emang istrinya berapa sih?)

Bisa jadi Oesamah masih bisa bernafas dari sakeng banyaknya keluarga yang saat ini semuanya menjadi top leader diperusahan Oesamah.Perbincangan panjang dengan beliau akhirnya harus cut sebentar untuk makan, nyantap makan siang terutama setelah kedatanga teman-teman lainnya dari KBRI antara lain Roland, Babe, Hamid, Fery dll. Tradisi makan yang setiap kali rekan-rekan berkunjung dengan santapan begitu lezat ditambah hidangan dan menu-menu lengkap, terasa aku berada di rumah, apalagi setelah penyembelihan
hewan kurban pasti aku nyate bersama saudara-saudaraku di rumah

Lima jam lebih aku dan rekan-rekan berada disana, cukup sudah hari raya kali ini di Cairo yang begitu dingin sebagai luapan kegelisan atas tidak bisanya hari raya di Indo. Setelah sholat Dhuhur aku dan rekan-rekan pamitan untuk pulang, emm sebelum pulang rekan-rekan dibawain nasi dan masakan yang tadinya dimakan, bagi si Falah lain lagi dia juga diberi uang saku (waw bahagia berarti,,,-P)

Terima kasih atas
jasanya,,kabarnya hari Jum’at
depan suruh ke sana, aku ikut gak ya,,,! ;))

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top