Seorang kawan tersipu lugu saat mendengarkan harga buku bacaan semakin mahal. sambil meraba-raba kantong saku, ia mencoba membandingkan dengan tingkat persaingan harga elekronik seperti hp, komputer/notebook yang kian hari kian aduhai saja murahnya. Produk usb modem misalnya, empat bulan lalu masih berkisar di atas empat ratusan pound. Sekarang? Turun dua kali lipat. Usb modem Etisalat dulu masih empat ratusan kemudian turun menjadi dua ratusan, sekarang cuman seratusan. Mobinil usb apalagi lebih gila dari lima ratusan pound menjadi seratus empat puluh pound. Sementara harga buku berbanding balik. Kian tahun semakin naik
Saya kurang tahu perbedaan seperti itu. Perbedaan pangsa pasar antara buku dan pernak-pernik lain (elektro). Atau karena buku adalah lautan ilmu? Yang terakhir ini barangkali benar. “Sebuah barang seperti notebook tidak akan ada (tercipta) tanpa adanya ilmu. Di sinilah mengapa harga buku itu semakin lama malah semakin mahal” Kata nasihat kawan saya si Paijo
Seorang kawan lain pada suatu saat pernah bilang kalau beli buku nunggu turunnya saja. Soalnya masih baru, jadi harga juga mahal. Tapi siapa sangka ternyata buku itu sekarang jauh lebih mahal. Saya sudah mengingatkan beli buku jangan ditunda-tunda apalagi pumpung ada diskon, bersegeralah beli kecuali benar-benar gak ada uang. Soalnya buku bukan barang makanan, gadget lain. Melainkan gudang ilmu yang selalu dicari sebagaimana nasihat Paijo itu
Seperti kemarin saya mengantarkan Encien beli kitab tafsir Munir karya Wabah Zuhaili di Dar- Salam di Masakin Utsman. Tahun lalu masih sekitar enam ratusan sekarang hampir delapan ratus dan barangkali tahun depan akan naik. Namun kalau dibandingan dengan harga di luar sih (indonesia) masih mending (murah) beli di sini. Di Indonesia Tafsir Munir kata kawan dua kali lipat sekitar tiga jutaan
Saya sendiri rencananya ingin kembali beli-beli kitab. Sudah lama gak beli kitab berjilid-jilid. Kawan lain malah menasihati saya katanya zaman bertehnologi tinggi seperti sekarang ini buat apa beli kitab berseri-seri sudah mahal dan berat lagi mending nyari di Maktabah Syamilah. Perpustakan digital itu menurut saya memang praktis, dinamis. Tinggal nyari ketemu. Apalagi versi terbaru bisa dikatakan sangat lengkap. Hanya kelemahan kadang tidak ada tahqiq atau βkuatir- ada kesalahan pengetikan dll. Yang lain tentu sejarah. Orang beli buku pasti akan memiliki sejarah tersendiri kelak
Nah bulan Ramadhan sebentar lagi, pasti banyak toko buku memberikan diskon besar khususnya di depan masjid Husain sana. Bagi pecinta turats ada banyak karya bagus yang harus dibeli di situ
@Azhar: baca di komp bikin syakit mata π
@bisri: kirimin gadget yg mana ya apa gadget yang batu ampuh itu (hajar jahannam) π
Gus, kirimin gadget canggih dari sonoo!! π
Btw, your link, fixed!!
kan udah buku elektronik via pdf gus, klo yang berjilid2 cukup pdf-nya aja … soalnya kan biasanya bukan dibaca terus menerus (dikhatamin) …. yang perlu dibeli itu buku2 yang belum di pdf kan dan biasanya buku2 kecil 300-500-an halaman lah π