Kemarin pagi bertempat di depan masjid, saya bersama para  pengurus KBIH Al-mukarromah mengikuti prosesi pelepasan pemberangkatan jamaah haji sebaknyak 76 calon jamaah haji yang tergabung dalam kloter 19.

Ada 9 kecamatan yang ikut dalam KBIH sini. Semuanya rata-rata didominasi kaum lanjut usia, walau saya lihat ada empat orang calon jamaah haji yang lebih muda diberi kesempatan oleh Allah menunaikan ibadah haji.

Pada pelepasan kemarin pagi saya diberi kesempatan oleh pembawa acara untuk menyampaikan sambutan selaku KBIH Al-mukarromah sekaligus atas nama Yayasan Pondok Pesantren Subul Huda pemilik Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al-mukarromah.

Dalam sambutan kemarin pagi saya mengucapkan ribuan terima kasih kepada para calon jamaah haji yang telah mempercayakan kepada kami (KBIH Al-mukarromah) sebagai naungan mereka dalam pemberangkatan menuju tanah suci.

Selain itu hendaknya pertama kali mereka mengucapkan rasa syukur pada Allah yang telah memberikan kesempatan menunaikan ibadah haji. Tentu saja mereka adalah pilihan dari jutaan warga Indonesia yang mengantri hingga sepuluh tahun ke depan karena keterbatan kuota . Kedua hendaknya mereka meluruskan niat. Karena bagaimanapun niat adalah kunci utama dalam beribadah.

Jika niatanya ikhlas karena beribadah lillahi taala dan semata-mata mendapatkan ridhonya, maka balasnnya adalah surga. Begitu sebaliknya jika beribadah haji niatnya semata-mata karena ingin mendapatkan titel haji dan status sosial saja, maka ibadahnya sia-sia.

Itulah sekilas salah satu pesan saya kemarin pagi kepada para calon jamaah haji. Seperti halnya dalam pemberangkatan ibadah haji,kemarin pagi ada ratusan keluarga calon haji ikut melepas mereka. Yang paling saya tangisi adalah ibu tua calon jamaah haji yang sudah tidak bisa berjalan alias didorong.

Ini mengingatkan saya tempo dulu di Makkah waktu memergoni
Seorang jamaah haji wanita tua renta asal Indonesia terdiam merunduk dengan kursi rodanya karena tertinggal dari jamaahnya. Kami yang waktu itu berlima dengan kawan-kawan akhirnya berusaha membantu ibu tua renta itu tentang maktabnya, kloter dan asalnya.

Lazimnya seorang mbah-mbah, wanita tua renta itu terdia lesu dan tak tahu berapa kloternya termasuk dimana maktabnya. Kalau tidak salah, malam itu adalah malam dimana seluruh calon jamaah haji sedang berangkat menuju Mutsdalifah. Dengan begitu membuat sedikit rumit mencari jalan keluarnya.

Namun alhmdulillah dengan usaha yang sedikit memakan waktu lama, akhirnya kami menemukan tempat dimana beliau bertempat tinggal di asrama. Rasa haru dan tangisan memecahkan suasana malam itu, maklum ternyata pihak kelurga yang mendampingin haji juga ikut berusaha mencari beliau.

Cerita itulah yang membuat saya tadi pagi meneteskan air mata buat mbah itu. Dalam hati saya semoga mbah itu diberi kelancaran dan keselamatan selama menjalankan ibadah haji dan pulang dalam keadaan khusnul khotimah.

Sebab memang ada kalanya orang ibadah haji hanya ingin meninggal di tanah suci. Dalam kondisi yang mestinya tak mampu secara fisik berangkat ibadah haji ada yang dipaksakan supaya nanti meninggal disana. Ini barangkali yang perlu diluruskan bahwa meninggal di tanah suci maupun di tanah kelahiran tak ada perbedaan, yang membedakan adalah amal ibadah. Kalau amalnya baik tentu di alam kubur baik. Kalau amal ibadahnya jelek dialam kubur juga jelek.

KBIH Al-mukarromah kali ini juga memberangkatkan satu jamaah haji yang mendaftar empat bulan lalu. Padahal untuk ukuran sekarang, orang mendaftar haji harus bersabar menunggu hingga sepuluh tahun ke depan. Karena pihak pemerintahan memberikan tambahan kuota yang sengaja diperuntuhkan bagi calon jamaah haji sepuh-sepuh.

Nah Pak Misri inilah salah satu orang yang mendapatkan kesempatan menunaikan ibadah haji dalam waktu singkat. Pak Misri yang rumahnya bertetangga dengan saya merasa kaget dan belum siap baik secara dhohir dan batin.

Dari dhohir pak Misri secara finansial belum tercukupi untuk melunasi uang haji, sementara haya mampu membayar uang pangkal saja. Dari segi batin pak Misri belum mengenal dan paham betul seluk-beluk ibadah haji, bagaimana dan apa saja rukun-rukunnya. Selain memang beliau terkenal dengan Islam abangannya yang kurang begitu menggeluti ke-Islaman, beliau juga tidak mengikuti penataran yang diadakan KBIH Al-mukarromah lima bulan lalu di Persen. Sehingga karena mendadak dipanggil untuk haji, siap tidak siap harus berangkat.

Masalah finansial maupun apa saja yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji bisa dibantu.

Akhirnya tepat jam 6 kurang 15 menit jamaah haji KBIH Al-mukarromah kloter 19 berangkat dengan dua Bus pariwisata menuju Banyuwangi, dimana jam 9 paginya bapak bupati Banyuwangi akan melepas calon jamaah haji dari berbagai KBIH di Banyuwangi menuju Surabaya.

Selamat menjalankan ibadah haji, semoga menjadi haji mabrur. Amien..

Posted with WordPress for BlackBerry.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top