Mungkin sudah menjadi semacam tradisi, dendam sepanjang masa, atau apapun alasannya kenyataan bahwa pertandingan antara Mesir dengan Al-Jazair selalu menyulut totalitas warga. Tidak pada pertandingan tadi malam yang mengantarkan negeri Pharaoh ini melaju ke final yang ke tiga kali secara berturut-turut, bukan pula soal pelengseran Mesir oleh Al-Jazair dalam kualifikasi piala dunia 2010 beberapa bulan silam. Bentrok kedua Negara ini dalam masa ke masa memang tak luput dari atmosfer panas

Bagaimana kita menyaksikan suasa batin warga ketika Mesir dibantai Al-Jazair pada kualifikasi piala dunia tiga bulan silam? Lalu saat Mesir mampu mengembalikan reputasi mereka dengan meremukkan Al-Jazair di piala Afrika dengan skor telak 4-0?  Semuanya tak luput dari anarkisme, perang kata-kata maupun keluapan kegembiran berlebihan. Komentator terbaik timtem  saat ini Ishom Syawali menyebutnya sebagai ‘El Classico‘ – duel klasik-, pertandingan bergengsi seperti halnya terjadi di Spanyol lewat Barcelona vs Real Madrid, di Italia dengan Inter Vs Milan

pendukung mesir

Mesir  di Afrika seperti sebuah kesebalasan  terkuat abad ini dan barangkali juga di dunia. Lawan-lawan tangguh seperti Kamerun, Nigeria dan Algeria mereka babat habis. Dalam rentang waktu pertandingan selama piala Afrika, Mesir hanya kebobolan satu kali, selebihnya gawang Hadari belum tersentuh

Kalau mau menengok kebelakang lagi, pada piala interkontinental di Afrika pertengahan tahun lalu, bagaimana aksi Abou Treka membantai Brazil. Paling tidak image Mesir yang terbilang kacangan di kancah dunia ( kualifikasi piala dunia) mampu menjawab di turnamen dengan predikat cukup baik

Kendala saat ini yang muncul dan musti diatasi adalah bagaimana kedigdayaan ini mampu meloloskan Mesir ke piala dunia periode berikutnya. Seorang taxi pada sebuah perjalanan ke Roxi bilang; “Mesir tak punya kosentrasi total saat menghadapi laga-laga krusial di kualifikasi (piala dunia), tenaga mereka sepertinya sudah habis terkuras oleh klubnya masing-masing. Coba anda lihat rata-rata pemain timnas adalah pembela ke dua klub prestesius di sini yang menjadi kebanggaan warga pribumi, Ahli dan Zamaleek. Karena kosentrasi pecah, akhirnya mereka bermain individual” Sahut pendukung Ahlawi (ahli)

Pendapat lain terungkap dari seorang kawan di Bu’ust “Seandainya saja piala dunia gak ada kualifikasi, pasti Mesir akan menjadi salah satu tim mediakor yang membahayakan tim top lain (langganan piala dunia). Di turnamen Mesir sangat cukup baik, mereka punya mental tangguh. Saya tak habis pikir mengapa Mesir selalu gagal di tahap kualifikasi”

Pesta Kemenangan

“Inilah laga final yang sesungguhnya” teriak seorang pendukung Mesir saat diwawancari Al-Jazeera Sport . superter ultras lain menimpali “Kami tak menangis dikalahkan Ghana di final nanti, bagi kami mengalahkan Al-Jazair sudah puas, karena itulah final bagi kami”. Begitulah sikap pendukung Mesir. Bagi mereka Al-Jazair adalah musuh bebuyutan yang tak terlupakan sepanjang masa

Selama pertandingan berlangsung, beberapa ruas jalan yang akrab dengan kemancetan memang terlihat lengang. Dalam perjalanan dari Mutsalas menuju Damerdasy suasana seperti jam 2 malam, sunyi, sebagian kendaraan angkot terlihat memarkir di pinggir jalan. Sejumlah kafe di kawasan Asyir, Tsabi’ dan Tsadis penuh hingga banyak yang berdiri. Beberapa toko maupun ruko di pinggir jalan mendadak menjadi kafe kecil-kecilan yang dikeributi puluhan orang. Sama halnya yang terjadi toko di bawah rumah kami, mendadak tutup lebih awal dari jam biasanya

Namun saat Mesir memastikan lolos menuju final dan membekuk Al-Jazair dengan skor telak 4-0, puluhan pemuda di ruas jalan Damerdas merayakannya dengan melakukan parade tutup jalan, lalu membentengkan  bendera nasional. Beberapa gerombolan lain melakukan semacam takbir keliling sambil berteriak “Ya habibati, ya misr, ya misr, ya baladi ya aghla…”

Meriahnya pesta warga atas kemenangan Mesir juga diliputi oleh faktor keberuntungan. Beruntung pertandingan big macht dan ‘El Classico‘ tadi malam dilangsungkan tepat malam Jum’at. Di mana merupakan malam minggunya warga sini. Sehingga memungkinkan anak-anak, orang dewasa hingga pak tua turut larut dalam kegembiraan hingga fajar tiba

Sanah hilwah ya Misr

5 thoughts on “Final Sesungguhnya

  1. hahaha..ingat zaman dulu (waktu di mesir) mas….saya dukung indonesia dilatih oleh sehata. dia pelatih cerdas dan diselimuti oleh keberuntungan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top