Kawasan pegunungan berapi memang menciptkan kondisi sekitarnya subur. Walaupun jika dibandingkan dengan keselamatan jiwa tidak ada artinya. Toh tetap saja orang kerasan tinggal di daerah sekitar pegunungan yang memungkinkan nyawa taruhannya. Situasi ini sekarang terjadi di sana. Gunung Raung belakangan mulai menunjukkan aktivitas membahayakan.
Beberapa suara dentuman yang bersumber dari gunung berapi itu setiap malam terdengar keras di kawasan Songgon. Walau belum merupakan kondisi membahayakan keselamatan, namun warga sudah siap apapun resikonya termasuk mengungsi jikalau nanti situasi yang tidak diingkan terjadi.
Situasi seperti inilah yang mengispirasi saya beranjak kesana. Ada duren, dan juga ada kesempatan untuk melihat gunung Raung “batuk”. Tapi ternyata sesampainya di Songgon tidak terdengar suara-suara “batuk” atau keanehan yang selama ini warga rasakan. Justru saya disuguhkan pemandangan indah di sekitar desa itu, ada banyak pohon duren dan manggis yang sedang berbuah serta orang-orang sekitar yang sibuk berjualan di pinggir jalan.
inilah situasi penampakan buah durian korban daripada makanan manusia |
Dan melihat seperti itu ingin rasanya segera sampai lokasi, siapa tahu saya bisa makan buah kesayangan saya itu hasil daripada petikan tangan saya sendiri. Ternyata apa yang saya bayangkan tak jadi kenyataan. Saudara saya tidak memiliki pohon buah duren di area rumahnya, tapi di tegalan yang jaraknya lumayan jauh. Tak apalah yang terpenting saat itu juga sudah bisa makan banyak duren hingga perut kram dan kepala ini pusing tujuh keliling.
Memang buah durian ini menurut orang “turost” momok yang ditakuti bagi mereka yang memiliki penyakit darah tinggi. Konon katanya gara-gara makan sedikit buah durian ada seorang yang meninggal karena penyakit darah tingginya kumat.
Bagi saya masih setia pada falsafahnya bapak Tedjo -mentrinya pak jokowi- yang katanya orang-orang gak jelas “pumpung masih muda”. Ntar kalau sudah tua dan banyak penyakit tidak bisa lagi makan semaunya. Seketika itu pula dan tanpa tempo yang lama satu lusin buah durian bisa saya selesaikan dalam waktu singkat.
dua anak saya sangat menikmati mandi di sungai belakang rumah saudara yang airnya sangat bersih dan bening |
Benar-benar terpuaskan, seperti makanya orang baru sembuh dari penyakit yang tidak hanya antusias makan, tapi sangat semangat, sampai mau lupa kalau kulitnya buah durian tidak bisa dimakan. Dan atraksi “lomba” banyak-banyakan makan durian ini tidak berhenti di rumah saudara saya saja. Di sebuah tempat yang berbeda, tepatnya rumah alumni santri, “lomba” makan durian terus tak bisa dibendung hanya dengan omelan dan peringatan istri maupun ibu. Bisa jadi perlu bukti akurat dan karena selesksi alam yang bisa mengenentikan laju saya makan buah durian.
selain buah durian saat ini songgon juga panen buah manggis |
Akhirnya saya terseleksi oleh alam dan merasa sudah tidak sanggup untuk melahab suguhan buah ini. Perut saya sudah terasa sesuatu. Andaikata perut saya bisa bicara mungkin sambat dan minta tolong. Rekor makan buah durian saya terhenti di rumah alumni tersebut. Pun dengan anak-anak maupun istri sudah angkat tangan sejak lama.
Dan suatu saat nanti ketika perut dan perasaan pingin ngebet lagi makan buah durian, rasanya ingin ke Songgon lagi, menikmati banyak durian serta dukungan alam yang indah, sejuk dan dingin.