Mengapa Manchester United (mu) bisa takluk oleh Bayern München? Ini pertanyaan yang mudah dijawab oleh manusia berakal seperti saya; Karena Inter masih di atas level MU. Lho kok bisa? Lha iya ini khan jawab saya selaku fans Inter. Gak tahu kalau pendapat para pendukung MU atau lainnya. Mungkin akan berkata begini; Karena MU dibuat kucing-kucingan Bayer, jadi wajar kalau kalah.

Sama halnya dengan Barcelona. Mengapa kesempatan emas unggul 2-0 oleh Arsenal di depan mata disia-siakan begitu saja? Ini juga bukan karena Inter nanti gak mau ketemu Barca di fase berikutnya, lalu berharap kalah dari Arsenal. Tapi sebagai pendukung Inter, saya memang berharan demikian. Bukan karena takut, tapi sepertinya publik sudah bosan dengan permainannya Barca yang gitu-gitu saja (sangat indah, kata pendukungnya. Sangat biasa bagi saya)

Mungkin hari Rabu kemarin perhatiannya penonton dunia terpusat oleh kemenangan Inter. Orang-orang pada ngrasani mengapa Inter bisa menang? “Inter bagus ya permainannya” Kata Falah. Lalu dalam hati kecilnya terbesit keinginan untuk pindah klub ke Inter. “Wah silahken” Jawab saya menirukan gaya bicara pak Harto”Gak ada pajak slametan untuk pindah klub. Paling-paling suruh bikin kekel lagi” 😀

Dengan cederanya Rooney selaku strikel andalan MU, kemungkinan besar laju MU ke perempat final semakin berat. Meski secara statistis MU diuntungkan karena bermain di markasnya sendiri. Secara lainnya mudah-mudah MU kalah. Setali dengan itu, Barca juga diuntungkan pada kuarter babak ke dua nanti karena akan bermain di markasnya. Secara itung-itungan kertas Barca diunggulkan banyak pihak. Modal imbang 2-2 dengan Arsenal kemarin gak butuh banyak untuk lolos, 0-0 saja Barca bisa lolos. Tapi tahukah anda dalam sepak bola segala sesuatu bisa berubah? Siapa tahu Barca kehilangan keseimbangan. Dan jangan diremehpun juga, Arsenal punya kekuatan trengginas

Bagi Falah, ini seperti ibarat sudah jatuh ketiban tangga. Kesempatan untuk nonton MU melawan Bayer kemarin hanya keberhasilan yang tertunda. Di sebut berhasil karena dia akhirnya bisa membawa kartu Al-Jazeera sport dari Darmalak (rumah) ke Giza (rumah mang Fatah yang gak ada kartu al-jazeera) jadi mundar-mandir dua kali Darmalak ke Giza. Sementara di waktu yang lelah, capek, dia harus gigit jari karena pertandingan MU lawan Bayer ternyata sudah selesai, itu pun hasilnya mengenaskan bikin si Falah berteriak histeris. Rasa capeknya sepertinya telah dibayar oleh kekalahan MU

Meski secara fatwa MUI, saya gak tahu hakekat sesungguhnya teriak histerisnya dia. Apakah sudah tergolong makar atau karena kelaparan nunggu sate yang waktu itu sedang dalam proses final. Kalau ini yang dimaksud, berarti statusnya malam itu ya sama dengan saya , kelaparan. Karena racikan sambel hasil dari petunjuk Mang Fatah dan olesan tangan keras Rizal serta manusia penyamun si Wawan, bau aromanya waktu itu sudah mengundah perut untuk sesegera menyantap

Gumpalan sate dalam perut membuat saya lupa akan pertandingan jelek MU dengan Bayer. Lagian toh saya bukan pendukungnya. Saya hanya berpikir pertandingan berikutnya (besoknya) dimana inter bermain. Gak tahu kalau si Falah dan pendukung sealiran dengannya dimana pun berada.  Mungkin kekalahan MU tidak saja  menjadi musibah, tapi sudah ajal, kiamat dan kematian

nunggu barca dibabat arsenal

Terakhir saya hanya berpikir dan berharap bagaimana Barca tidak lolos pada fase berikutnya. Kalau MU gak dipikirkan dan diharapkan kayaknya sangat berat untuk bisa lolos 😀

8 thoughts on “Champion dan Sate

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top