Perjalanan Dan Puasa
saya dan keluarga berziarah di maqam sunan ampel

Bulan puasa itu paling enak menurut kebanyakan orang adalah tidur, apalagi kalau tidurnya pagi diselimuti oleh cuaca hujan, akan tambah sahdu. Tidur di bulan puasa juga menurut sebagian ulama adalah ibadah, jika dilakukan sesuai dengan waktu yang tepat. tapi tidur bisa menjadi dosa jika gak sesuai norma-norma agama. Misal tidur pagi hingga sore, ninggal waktu sholat dhuhur, ashar.

Paramater tidur bulan puasa bukan tolak ukur seseorang dikatakan puasa, dan bukan berarti mereka tidak berpuasa. Ada banyak orang tidur namun tidak berpuasa. Dan Situasai bulan puasa zaman sekarang beda dengan dulu. Sekarang sekat/tabir atau apalah yang namanya agar puasanya seseoarang itu tidak kelihatan bukanlah persoalan yang perlu dipikirkan. tapi tentu menjadi pekerjaan rumah bagi tokoh agama, sebab bulan puasa semestinya berpuasa bagi yang menjalankannya. Tapi inin tidak, bagi yang punya kewajibanpun sekarang sudah biasa, dan akhirnya terbiasa dengan makan ditempat umum tanpa malu dan pandang bulu -dari anak-anak hingga dewasa-terlihat santai makan tanpa dosa.

Pada akhirnya pekerjaan rumah tokoh agama yang semestinya punya PR menjadi iba ketika sudah berbicara masalah persoalan pribadi, dengan asumsi “biarlah mereka punya pendirian seperti itu, toh dosa dan pahala mereka yang nanggung, terpeting kewajiban itu sudah tersampaian, perkara dijalankan atau tidak itu urusan mereka”.

menunggu dokter sambil bermain

Kadang persoalan dan cobaan itu akan datang ketika seseorang sedang dalam perjalanan jauh, antara puasa atau tidak. Agama sendiri sebenarnya sudah meringankan umat Muhamaad “bagi yang berpergian atau sakit bisa tidak puasa”. Dispensasi itu mejadi lampu hijau bagi sebagian orang yang sedang bepergian ataupun sakit. Dispensasi yang menurut saya memberikan angin segar bahwa ternyata orang berpergianpun bisa tidak menjalankan puasa yang sudah tercatat menjadi rukum Islam itu

Nah perjalanan kemarin mestinya saya bisa menggunakan dispensasi itu jika saya bukan kategori orang malu. Karena kemaluan itu sebenarnya bisa menjadi tolak ukur soal keimanan dan keiminan sekaligus tolak ukur rasa syukur nikmat masih diberi kesihatan lahir batin. Karena yang saya rasakan sekarng ini banyak orang kehilangtan kemaluan, dan sedikit orang yang punya rasa bersyukur. Persoalan-persoalan itu kemudian menjadi sebab musabab timbulnya penjahat kelamin, atau korupsi yang menjadi-jadi

Karena saya adalah orang yang malu. Malu jika Tuhan tidak berkenan dengan kepergian saya, malu jika perjalanan pergi di bulan Ramadhan ini, ritual ibadah mulia terselipkan. Maka untuk itu saya waktu di Surabaya kemarin pertama kali dan keluarga tuju adalah Makan Sunan Ampel. Satu tempat wisata religi dan kebanyakan orang sebagai ngeces hati. Sembari nunggu jadwal kotrol anak yang buka jam sepuluhan.

suasana petang di mall tp

Setelah kontrol anak saya yang selesai jam tiga sore, lalu mempersiapkan tempat untuk berbuka puasa. Pencarian dimulai. Yang dicari adalah Bebek Sinjai, sesuai schedule yang di progam sejak dari rumah. Dan menemukan bebek sinjai di tempat pinggir kota Surabaya. Tempatnya luas walau untuk parkir kurang mendukung. Tempatnya ya tidak terlalu mengecewakan, sebagai pengganti dari rencawa awal bebek sinjai di Bangkalan. Karena mepetnya waktu kita putuskan di Surabaya saja.

Pumpung masih di sini, setelah berbuka puasa dan diniatkan untuk menyenangkan anak-anak, maka mencari tempat permainan anak-anak di mal. Karena istri saya juga penasaran seramai apa sih pengunjung mal di bulan pausa. Karena beberapa hari sebelum ke Surabaya, istri saya pernah cerita kalau temannya memberikan info jika di bulan puasa kali ini Mal TP membludak ramai. Untuk pesen makanan buat buka puasa saja katanya antrinya lama. Dan beberapa kali media online juga saya lihat sempat memberikan berita, mal bulan puasa kali ini menjadi salahsatu tempat favorit ngabuburit dan buka puasa.

Karena penasaran akhirnya malam itu saya dan keluarga menyempatkan ke TP untuk melihat kebenaran cerita teman istri saya dan informasi berita media online. Ternyata memang benar. malam itu sangat ramai, terutama di lantai atas tempat kuliner makanan.

Dalam batin saya, orang desa kalau jam segini sibuk mencari pahala sholat terawih, orang-orang disini sibuk mencari kuliner makanan. Dan pada akhirnya saya harus husnudhon, karena barangkali orang yang disitu adalah statusnya sama dengan saya yaitu sebagai musafir bukan penduduk tetap situ. Saya haru berbaik sangka barangkali pula sekian ribu orang disini memang mayoritas non muslim, jadi wajar jam segini tumpah ruah di mal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top