Ketika kita berbicara tentang orang-orang yang masih hidup, kita cenderung sering mengkritik. Sangat sulit rasanya untuk menulis/menceritakan tentang kisah seseorang –kebaikannya kecuali saat mereka telah tiada. Ini adalah paradok hidupan manusia abad sekarang. Sejelek apapun saat mereka masih hidup akan menjadi sebuah cerita yang berbeda ketika telah tiada. Saya gak tahu bagaimana kisah seorang bernama George Bush –mantan presiden Amerika itu tatkala mati nanti. Akankah sejuta dosa saat membantai Irak, Afganistan terlupakan begitu saja.
Awal Agustus kemarin Masisir berduka atas meninggalnya Dr. Musthafa Habibie. MA salah satu pengajar SIC. Saya terakhir ketemu tengah bulan lalu saat beliau bersama anak-anaknya yang masih kecil sholat Jum’at di masjid samping metro Damerdasy. Tak banyak yang diucapkan Pak Habibie waktu itu karena memang khotbah Jum’at telah dimulai. Sebelumnya bersama George Rizal saya sempat ketemu di malam hari dan berbincang-bincang berbagai hal.
Banyak jasa beliau yang tidak bisa saya lupakan. Diantara jasa yang paling besar adalah tatkala beliau mencarikan rumah yang saat ini kami diami. Beliaulah yang menawari kami untuk menempati rumah yang keberadaannya berdampingan dengan rumahnya. Termasuk memberikan fasilitas telpone internet selama tiga tahun pada rumah kami.
Sebagai seorang pengajar di SIC dengan gaji yang besar, beliau tetap berjiwa sederhana. Rumah beliau nyaris persis dengan rumah kebanyakan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Sikap tawaduknya dan tak membedakan satu sama lain bikin saya sedikit sungkan tatkala ketemu.
Sebagai tetangga rumah, saya terkejut saat seorang kawan rumah mengabari saya bahwa Dr. Habibie meninggal dunia. Demikian juga kawan-kawan lainnya yang tiga hari sebelumnya meihat beliau mengisi acara khotbah nikah dan termasuk malam harinya sebelum meninggal (pagi hari) masih berada di kantornya SIC.
Cerita meninggalnya Dr Habibie begitu cepat. Menurut sumber-sumber terdekat, beliau meninggal saat berada dalam kamar mandi. Waktu itu beliau berencana mau berangkat ke SIC. Karena terlalu lama di kamar mandi membuat istrinya yang saat itu sedang menyetrika baju beliau curiga. Kebetulan kamar mandinya tak terkunci sehingga dengan mudah dibuka.
Saat membuka pintu kamar mandi itu beliau sudah lemas, tapi masih bernapas. Namun beselang beberapa menit, ketika istrinya sedang keluar mengambil handuk dan kembali lagi beliau sudah tak bernafas. Innal lillahi wainna ilaihi rojiun. Kematian hanya milih Allah. Kematian benar-benar tak bisa diundur, gak bisa diajukan (la yastaqdimun wala yastakhirun).
agus cinta mesir ya??? yang dibahas mesir terusss… awas indonesia jeles 😀