Nilai jual buku bacaan/kitab semakin hari bertambah naik. berbeda dengan aksesoris lain seperti barang elektronik, tambah hari nilai jualnya menurun. Oleh karena itu jangan menyamakan falsafah beli buku dengan barang elektronik yaitu “menanti waktu tertentu hingga tiba saatnya harga turun”. Kecuali buku itu sedang dipropagandakan penerbit lain. Kasus pada tafsir Jaelani contonya. Penerbit utama Turki itu terpaksa menurunkan harga asal 250 menjadi 200 setelah ada percetakan berkelas Darr Al-Kutub, Bairut, mencetak tafsir Jaelani (tanpa izin ke ahli waris) seharga 175 pound
Contoh lain adalah harga tafsir Sya’rawi, tahun lalu dijual 210 sekarang 310 pound. Dan bacaan-bacaan lain sepertinya juga naik. Jadi asalan apapun dalam situasi apapun seperti sekarang ini krisis global yang melanda dunia tak bisa dijadikan rujukan nilai jual buku/kitab turun. Itu sebabnya stan favorit di International Book Fair saat ini masih dimenangkan penjual dari kalangan Asbakeya/buku bekas
- stan asbakeya yg berada diluar ruangan
Terlepas laku tidaknya, stan Asbakeya jadi tempat semacam pasar sayuran. Ajang transaksi penjual dan pembeli secara terbuka di satu komplek yang selalu dipadati pengunjung. Asbakeya adalah solusi masyakarat akan stabilitas keuangan kantong yang seret. Karena stan yang menjual buku bekas, harganya juga bekas. Kalau dibandingkan dengan harga di stan ruangan (hal) sangat jauh. Ibaratnya, harga satu buku di stan ruangan, apalagi stan buku-buku kontemporer semisal Matbuli, Darr Al-Kutub Ilmi, bisa dapat satu karung buku bekas
Kelebihan lainnya di Asbakeya adalah terdapatnya buku-buku kuno yang kadang gak lagi dicetak ulang oleh penerbit. Seperti buku-buku aliran garis kiri milik Asmawie dll yang dijuluki orang edan karena pemikirannya hanya ada di Abakeya, dan kalau pun ada dicetak ulang harga tinggi selangit. Dan beberapa buku lain yang tidak dicetak ulang karena pemikirannya namun dapat dicari di Asbakeya. Hanya saja memang kondisi buku di Asbakeya ala kadarnya, kadang dapat bagus, kadang pula dapat buku sudah pada amburadul. Namanya juga Asbakeya
Pasar Gelap
Di Asbakeya berbagai ragam macam buku kuno hingga sekarang tersedia. Namun beberapa orang mencibir, kalau sebagian oknum penjual memanfaatkan Asbakeya untuk mendulang penghasilannya tanpa didasari label halal. Itu artinya ada sebagian penjual yang mencetak ulang/memfotokopi buku-buku mahal terbitan baru lalu dijual dengan harga miring. Kalau itu buku langka/kuno dan tak diterbitkan lagi, saya kira gak terlalu masalah. Tapi kalau buku yang dipotocopy itu masih on air saat ini, bukan tidak mungkin ini adalah pelanggaran
Sebab itu ada orang sini menolak untuk berkomentar lebih jauh soal barang-barang Asbakiyakan. Yang pasti mereka memandang stan/penjualan buku Asbakiya laksana berada di pasar gelap. Ada halal, ada haram. Ada buku –kebetulan- bagus, ada yang sudah pada sobek-sobek. Semuanya ada di sana. Kendati positifnya/manfaatnya lebih menonjol ketimbang negatifnya
Karena secara ekonomi dan masa, penjualan buku Asbakeya memberkan solusi. Solusi bagi yang kantongnya tipis dan pencarian buku-buku langka yang sulit ditemui dipercetakaan saat ini. Dua alasan ini saya kira mengapa begitu marak stan Asbakeya dari tahun ke tahun termasuk kedatangan saya kesitu kemarin
dapat buku apa saja mas di azbakiya?