Sejak akhir Januari kemarin atau bahkan pertengan Januari kelas 9 sudah disibukkan dengan ujian-ujian, baik yang bersekala lokal maupun gak lokalan. Dari try out, simulasi ataupun singkronisai. Tentu semua ini memiliki tujuan baik, niatan bagus, supaya anak-anak siap dalam ujian nanti.
Bahkan saya hitung hingga februari ini kegiatan jam belajar kelas sembilan nyaris lumpuh oleh agenda pra ujian yang cukup padat dan rumit. Jam efektif fakultatif pada semester genap sekarang seolah terlupakan oleh agenda pra ujian BK yang kian banyak.
Dari pantauan dan evaluasi saya selama ini bahwa pelajaran kelas 9 pada semester genap sekarang masih menyisakan banyak mata pelajaran. Sementara ujian-ujian sudah menumpuk di depan mata. Kadang saya berfikir – bagaimana anak bisa jawab soal, sementara pelajaran semester genap belum diajarkan tapi sudah diujikan-. Ini menurut saya bukan minterne anak, tapi jelimetne anak.
Terlalu Prematur
Oleh karena itu saya menganggap ujian-ujian kali ini menurut saya terlalu prematur dan dipaksakan. Dari pengalaman tahun ke tahun memang pelaksanaan ujian kelas 9 kian tahun saya amati kian maju. Entah apa alasannya. Menurut sebagian orang karena mengkondisikan dengan Ramadan yang memang semakin maju kalau diteropong menggunakan kalender umum.
Kalau asumsi saya ini benar bahwa ujian karena mengkondisikan dengan majunya ramadan/puasa, maka menurut saya ini sebuah sistem pendidikan yang blunder. Sebab pendidikan formalitas menggunakan kalender umum, sementara ramadan menggunakan kalender hijriyah.
Dari segi perbedaan kalender inilah yang menurut saya menimbulkan paradikma sikap stimultan bagi perubahan aktivitas pendidikan formal. Coba anda bayangkan masih bulan januari sudah banyak sekolahan yang mengadakan sosialisasi SMA/MA/SMK ke MTs. Padahal ajaran baru dari tahun ke tahun tetap tidak berubah yaitu bulan Juli, tapi mengapa mereka sudah banyak yang melakukan sosialiasai? Karena ujian kian maju. Mereka mungkin menggap sebentar lagi mereka akan keluar kelas akhir. Padahal penerimaan siswa baru masih bulan Juli.
Bahkan beberapa kepala sekolah MI kemarin menghubungi saya soal kapan MTs Silmus mengadakan sosialisasi ke sekolahannya? Karena menurut mereka sudah banyak pondok-pondok pesantren melakukan sosialisasi ke beberapa MI. Awalnya saya kaget karena masih bulan Januari, bulan dimana masih pertama anak-anak kelas akhir menikmati pelajaran semester genap. Kok sudah bersosialisasi.
Sambil bergurau saya jawab “kalau sekarang sosialisasinya nanti anak-anak lupa”, tapi apa buat, kalau tidak segera sosialisasi selain kerebut kompetitor lembaga lain juga ternyata suasana sudah memaksakan untuk segera mengagendakan sosialisasi PMB karena majunya ujian kelas akhir.
Lha kalau ujian kian maju, lalu dimanakan letak semester genap bagi kelas akhir? Adakah masih relevan pelajaran semester genap bagi kelas akhir tahun ini? Mengingat ujian maju plus pra ujian yang tentu saja juga maju pasti ke efektifan untuk mencapai target pelajaran semester genap kian mengkuatitkan. Tidak hanya guru yang dibuat pusing, yang lebih kasihan lagi anak menjadi korban adanya ujian yang dadakan ini.